_Gim adalah serangkaian keputusan yang menarik_Sid Meier. Legenda desain gim_
_Nilai guna suatu benda bukan pada benda itu sendiri namun yang terpenting siapa yang menggunakannya yaitu manusia_Anymous_
Video Game, Sekedar Permainankah?Â
Sebagian orang ada yang berpendapat bahwa orang yang bermain gim dianggap pemalas, tiada berguna, kesia-siaan, buang waktu dan anggapan miring lainnya.
Di lain sisi ada yang berpandangan bahwa ada hal yang positif dari bermain game.Â
Asalkan tidak berlebih-lebihan semisal main bareng (mabar) sampai tak tahu waktu, melupakan dan meninggalkan hal yang lebih penting. Â
Dua kutub sisi yang berseberangan ini kemudian hadirkan pertanyaan di benak saya dengan sering melihat teman-teman bermain video gim terkhusus playstation.
Pertanyaan-pertanyaan itu seperti benarkah anggapan sebagian orang bahwa tiadalah berguna bermain video games? Tiadakah sisi positifnya?Â
Atau terlampau cepat menilai negatif tanpa mengetahui sebab yang sebenarnya.Â
Apatah lagi mengetahui tujuan mengapa sesuatu itu dibuat?
Beragam tujuan orang bermain games dan video games.Â
Diantaranya; olahraga otak, mengisi waktu luang, hiburan usai penat bekerja, membunuh kebosanan yang melanda, bahkan ada yang menjadikannya sebagai ladang bisnis menghasilkan uang.
Ambilah contoh yang kini terjadi pada playstation PES. Pro Evolution Soccer termasuk 12 game populer yang ditandingkan dalam bentuk turnamen resmi yang disebut e-sport atau olahraga elektronik.
Video Gim, Pikiran dan Tindakan
Kita melupakan bahwa di dalam gim berpadu antara pikiran, panca indera, analisa, dan tindakan dengan keputusan yang cepat.
Berpikir merupakan kegiatan penting bagi manusia untuk hasilkan kesimpulan/keputusan dari apa yang terjadi.
Itu bersumber dari apa yang dilihat, apa yang dirasa dan apa yang di dengar.Â
Pengendalian manusia terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukan tidak selalu ketat.
Ketika mengambil kesimpulan dari suatu peristiwa setiap orang tidak menggunakan alat yang sama pada diri yang dimiliki.Â
Ada yang langsung membuat kesimpulan mengutamakan apa yang dilihat tanpa mengecek apakah penglihatannya itu benar.
Ada orang yang mengambil kesimpulan berdasar apa yang dirasa saja sehingga menjadi subjektif.Â
Ada orang yang ketika membuat kesimpulan bertolak dari akal sehingga baik dan buruk, benar dan salah, untung dan rugi benar-benar ditimbang.
Mengutip dari cnnindonesia.com yang mengambil sumber dari Science Alert  --American Journal of Biochenistry and Molecular Biology-- bahwa ada 6 keuntungan bermain games tapi disini hanya 3 yang dituliskan.  Â
Pertama. Kapasitas memori otak meningkat.Â
Keserempakan pikiran, mata, telinga dan tangan memainkan gim buat daya serap otak meningkat.
Penelitian ini dilakuakan oleh University California di tahu 2015 yang melibatkan 69 orang untuk melihat kemampuan.
Gim yang dimainkan oleh sepertiga orang yaitu Super Mario 3D World dan lainnya gim Angry Birds selama dua minggu.Â
Hasilnya saat diminta tolong menyelesaikan tugas kemampuan memori meningkat.Â
Kedua. Perangsang otak.Â
Dari 24 peserta aktif pemain video games dengan durasi 30 menit dan selama 2 bulan dengan melalui analisa otak ternyata mampu menstimulus bagian otak tertentu.
Penelitian ini dilakukan oleh Institut Max Planck di Jerman.Â
Sebuah institut yang melahirkan filosof-filosof seperti Herbert Marcuse dan Jurgen Habermas.
Yang dirangsang yaitu kecerdasan ruang (spasial), perencanaan strategis, dan keterampilan motorik halus. Gim yang dimainkan Super Mario 46.
Ketiga. Mengurangi trauma kejiwaan.Â
Ketika seseorang dihantui trauma maka diperlukan kegiatan-kegiatan yang mengalihkannya dari trauma itu.Â
Dan bermain video games mampu mengalihkan trauma itu dan memulihkan mental.
Gim yang dimainkan adalah gim tetris -- gim video pencocokan ubin dengan menyelesaikan garis dengan menggerakkan potongan-potongan yang berbeda bentuk.
Penelitian ini dilakukan kepada 37 pasien di sebuah rumah sakit di Oxford, Inggris yang dirawat sebab mengalami kecelakaan lalu lintas.
Begitulah. Tak semestinyakan hal-hal yang dianggap negatif itu akan berkubang dalam kenegatifan selama-lamanya.Â
Ia akan menjadi positif, tergantung kepada siapa yang melakukannya.
Ibarat pisau. Bisa pisau dipandang positif ketika ia digunakan untuk memotong sayur, memotong tempe.Â
Pun pisau akan negatif kala ia digunakan untuk membunuh orang kemudian memutilasinya.
Seperti ungkapan "the man behind the gun." Nilai guna suatu benda bukan pada benda itu sendiri namun yang terpenting siapa yang menggunakannya yaitu manusia. Â Â
Jamalludin Rahmat (JR)
Curup
16.06.2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H