Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna_Albert Einstein_
Manusia Berada dan Manusia Menjadi
Dalam bukunya 'Tugas Cendikiawan Muslim' Ali Shariati banyak mengulas tentang manusia. Ada dua istilah yang digunakan Shariati untuk menjelaskan manusia yaitu 'basyar' dan 'insan'. Manusia (basyar) dimaknai sebagai makhluk yang sekedar berada (being). Sedangkan manusia (insan) adalah makhluk yang menjadi (becoming).
Manusia berada (being) adalah manusia yang hanya sadar ia berada di dunia ini untuk memuaskan hasrat jasad semata seperti makan minum, mencari harta benda saja dan pemenuhan seks.
Sedangkan manusia menjadi (becoming) adalah manusia yang sadar sepenuhnya bahwa kehidupan bukan hanya pemenuhan jasad tapi juga rohani seperti melakukan ibadah dan lain sebagainya.
Dampak jauh dari manusia berada (being) ia menjadi manusia yang pola hidupnya adalah memiliki. Bagi manusia yang berpola hidup memiliki maka ketenangan, kebahagiaan akan terasa ketika ia sudah menemukan benda atau memiliki benda.
Karenanya pola hidup memiliki yang berorientasi keduniaan memiliki sisi gelap yang fatal bahwa sadar ataupun tidak manusia saat ini telah menumbuhkan kebergantungan kepada nilai material benda sebagai alat ukur kemanusiaan.
Disinilah lahan subur bagi tumbuhnya budaya materialisme yang mengajarkan cara berhitung berdasarkan kepemilikan manusia terhadap sejumlah benda. Ini berkebalikan dengan manusia yang berpola hidup menjadi (becoming) orientasi hidupnya adalah nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan.
Sebuah permisalan untuk membandingkan antara manusia yang pola hidup memiliki (being) dan pola hidup menjadi (becoming). Kita marah sejadi-jadinya ketika mobil bagus tergores oleh tukang becak. Kita merasa manusia yang paling malang di atas dunia kalau sesuatu atau seseorang tidak dapat kita miliki.
Artinya, hati manusia yang pola hidupnya memiliki di letakkan pada benda-benda. Kebahagiaan dan ketenangan manusia yang pola hidupnya memiliki ditentukan oleh benda mati yang berada di luar dirinya.
Sebaliknya, manusia yang pola hidupnya menjadi, ketenangan dan kebahagiaan hidup bukan terletak pada benda mati --bukan berarti tak penting- tapi lebih kepada peningkatan kualitas hidup yang berada pada mental yang normal, berprilaku penuh kebajikan, dan yang berhubungan dengan kerohanian (spiritual).