Menarik apa yang ditulis oleh Achyar Zein Dosen Pascasarjana UIN Sumatera Utara di website http://upz.uinsu.ac.id/ "Seruan kepada bani Israil menunjukkan bahwa kewajiban melaksanakan shalat dan zakat bukanlah ajaran baru yang dibawa oleh Islam tetapi sudah berlaku pada masa bani Israil.Â
Dalam istilah ushul fiqh hal ini disebut dengan syar'un man qablana (syariat orang-orang yang sebelum kita)." Ini membenarkan bahwa al-Qur'an merupakan kitab suci yang menyempurnakan ajaran-ajaran dari kitab suci sebelumnya seperti Zabur, Taurat dan Injil.
Salat membangun relasi yang sangat dekat antara sang hamba dengan Tuhan karena itu ia disebut dengan kesalehan pribadi sedangkan zakat membangun relasi yang sangat dekat antara manusia karena menolong manusia dan ia disebut kesalehan sosial.
Salat merupakan media untuk menyucikan ruhani manusia dengan menyatakan kebesaran Tuhan dalam pengabdian ibadah sedangkan zakat mensucikan jasmani sebab jasmani terlibat langsung dalam pengabdian ibadah itu.
Salat dengan zakat memiliki hubungan yang erat karena itu selalu digandeng kata 'salat' dengan 'zakat' dalam al-Qur'an. Penggandengan kedua kewajiban ini mengindikasikan bahwa salat dengan zakat mesti dilakukan secara seimbang.
Bersebab itulah kesempurnaan salat dapat dilihat dari kesempurnaan zakat. Hubungan keduanya timbal balik dan saling memberikan kontribusi karena salat simbol hubungan kepada Tuhan dan zakat adalah simbol hubungan kepada sesama manusia.
Hati yang Dilembutkan oleh Zakat
Manusia memiliki hati. Kata hati dalam bahasa Arab yaitu qalb yang berarti membalikkan atau memalingkan. Sebab itu hati bolak-balik seumpama sehelai daun yang bolak-balik jatuh ke tanah.
Zakat, infak dan sedekah yang ditunaikan mampu melembutkan hati untuk berbagi dan buat hati memalingkan kepada bagaimana dahulu ketika merasakan apa yang dialami Ibu Darmi (miskin) atau bagaimana ketika kita di posisi Ibu Darmi.
Zakat buat antara muzakki dan mustahik selalu terhubung sekaligus mengingatkan bahwa pada harta yang dimiliki ada hak para mustahik yang mesti ditunaikan.
Maka di masa pagebluk (wabah) ini yang diperlukan adalah tindakan setia kawan (tolong menolong dalam kebaikan kebaikan/ta'awun) dan bermanfaat bagi sesama dalam bentuk apa saja untuk menyelamatkan jiwa manusia bukan beradu kepintaran debat karena merasa benar dan keras kepala sehingga tak memikirkan keselamatan jiwa sendiri dan orang lain.