Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Buku-buku yang Bercahaya

17 Mei 2020   14:00 Diperbarui: 17 Mei 2020   13:51 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: lemi.trevel

Buku adalah seperti makanan, tetapi makanan untuk jiwa dan pikiran. Buku adalah obat untuk luka, penyakit dan kelemahan-kelemahan perasaan dan pikiran manusia _Ali Syari'ati_

Proses kelahiran Farabi ditandai dengan mati lampu dan kemudian ratusan buku membuka dirinya sendiri dan menghadirkan cahaya yang benderang untuk menerangi seisi rumah. 

Ayah dan Ibu Bidan yang menolong persalinan Ibu untuk melahirkan secara normal terheran-heran. Ibu mengejan sekeras-kerasnya dengan memegang tangan Ayah sangat kuat sambil menahan sakit. Itu terjadi di hari Minggu malam pukul dua belas lewat satu menit bertanggal 13 Maret 2013.

Farabi lahir dengan selamat dan normal tetapi gambar buku bertanda di punggung Farabi. Biasanya tanda yang dimiliki seorang anak itu bulat, petak, lupis atau gambar yang sejenis dengan itu. Farabi tidak.

Mulanya tanda lahir bergambar buku selalu menjadi pikiran Pak Rumi dan Ibu Rabi'ah namun seiring perjalanan waktu tanda itu mulai terlupakan. Farabi merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara laki-laki. Kakak tertua bernama Karim dan kakak yang nomor dua bernama Syamil.   

Ada sebab mengapa Pak Rumi dan Ibu Rabi'ah memberikan nama-nama itu kepada tiga anaknya. Karim berarti mulia. Mulia dalam artian perbuatan yang dilakukan dan juga menjadi mulia karena membaca dan menulis. 

Syamil berarti menyeluruh atau bahasa kerennya melihat dari berbagai sisi atau aspek. Ketika mengalami persoalan hidup dan untuk diselesaikan maka pandanglah dari berbagai sisi dan itu bertolak dari kebiasaan membaca dan menulis. Sedangkan nama Farabi diambil dari nama seorang filosof dan ilmuan muslim yang rajin membaca dan menulis. 

Harapannya, Farabi kalaupun tidak akan menjadi tokoh muslim seperti Farabi itu paling tidak menjadi orang yang rakus membaca dan menulis.

Pak Rumi dan Ibu Rabiah memiliki rumah ditengah perbukitan dengan jalan setapak dan pemandangan hijau terbentang luas. Keluarga ini hidup dengan sederhana dan bersahaja. Untuk kebutuhan makan sehari-hari mereka memiliki sawah yang mana usai panen padi itu akan diantar ke heler kemudian menjadi beras dan akan disimpan digudang dan diambil secukupnya untuk ditanak, kebun cabe, kebun terong, kebun kangkung, kebun tomat, kebun bawang putih dan bawang merah. Kebun-kebun inilah yang memenuhi kebutuhan makan dan menopang ekonomi keluarga Pak Rumi dan Ibu Rabi'ah.

Walaupun bekerja sebagai petani dan hidup di desa namun keluarga ini memiliki perpustakaan dengan jumah koleksi buku lima ratus. Perpustakaan ini sebagiannya berada di kamar ayah dan ibu dan sebagian lagi di ruang tamu. Di kamar ayah hanya buku khusus tentang ilmu pertanian dan peternakan sedangkan buku di ruang tamu berbagai karya fiksi dan non-fiksi tapi tidak ada tentang pertanian dan peternakan.       

Di setiap hari Sabtu dan Minggu pagi maka anak-anak dari tingkatan usia 7 sampai 17 tahun dan yang bersekolah atau putus sekolah yang berada di Desa Literasi beramai-ramai mendatangi rumah Pak Rumi dan Ibu Rabi'ah untuk membaca buku. Wajah riang gembira sambil membuka buku halaman per halaman dengan mata nyalang sambil bercanda warnai kegiatan anak-anak kala membaca buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun