Aku paling takut pada sapi, sebab ia punya tanduk, namun tak punya akal_Ibnu Sina_
Tentang Ibnu Sina
Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu 'Ali Husain bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina. Di kenal dengan nama Ibnu Sina sedangkan di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna. Lahir pada tahun 370 H atau 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di Uzbekistan saat sekarang.
Ibnu Sina merupakan tokoh Islam yang cemerlang dengan menguasai bidang ilmu filsafat Islam, ilmu kedokteran, ilmu jiwa, ilmu politik, ilmu logika, ilmu tasawuf, ilmu fisika, ilmu seni-sastra. Hidup Ibnu Sina didedikasan untuk membaca, menulis, meneliti dan melakukan uji coba (eksperimen).
Semangat tinggi dalam membaca, menulis dan meneliti sebabkan Ibnu Sina jarang tidur dan jarang makan. Ini berpengaruh kepada kondisi ketahanan tubuh yang semakin menurun sehingga Ibnu Sina terserang penyakit perut (maag kronis). Ibnu Sina wafat di usia 58 tahun pada tahun 428 H/1036 M di Hamadzan, Iran.
Di tentang Ibnu Sina ini akan dilihat kondisi sosio-religio, sosia-intelektual dan sosio-edukasi dari Ibnu Sina. Kondisi sosio-religio yaitu kondisi keagamaan masyarakat yang membentuk pikiran dan sikap seseorang (si tokoh). Kondisi sosio-intelektual merupakan keadaan dimana berkembangnya suasana intelektual masyarakat yang beri pengaruh kepada ke-intelektualan sang tokoh. Kondisi sosio-edukasi berkaitan dengan suasana pendidikan dan keilmuan yang berkembang saat itu sehingga berpengaruh kepada sang tokoh.
Kondisi Sosio-Religio
Ibnu Sina terlahir dalam keluarga penganut Islam Syi'ah Ismailiyah. Sekte dari Islam Syi'ah yang berkeyakinan setelah Imam Shadiq wafat maka keimamahan (pengganti imam) beralih kepada sang putra, Ismail atau kepada cucu yang bernama Muhammad bin Ismail. Walaupun demikian Ibnu Sina bukanlah penganut Syi'ah Ismailiyah.
Agama Islam yang dianut Ibnu Sina berperan penting untuk menjadikannya seseorang yang melakukan sesuatu bukan karena materi sebagai tujuan utama dan ilmu yang dimiliki merupakan pengabdian sang hamba dan mencari jejak Tuhan dimuka bumi. Peristiwa-peristiwa di bawah ini dapat menjadi bukti.
Ketika mengobati orang-orang yang sakit, Ibnu Sina melakukannya semata-mata untuk memenuhi panggilan jiwa kedokteran yang dicintainya dan agama yang dianut. Pun kala menemui kesulitan dalam mengerti suatu ilmu maka Ibnu Sina pergi berwudhu. Kemudian menuju masjid untuk melakukan salat dan berdoa kepada Allah, mohon diberikan penyelesaian.
Ibnu Sina adalah pembaca buku yang rakus, penulis subur dan peneliti yang ulet. Ia mau berlama-lama membaca buku dan menulis di dalam perpustakaan sehingga menguasai hampir sebagian ilmu pengetahuan. Di perpustakaan Istana Samani hampir setahun lamanya Ibnu Sina membaca buku sampai datanglah musibah kebakaran. Intinya, agama Islam yang dianut Ibnu Sina menjadi nilai-nilai atau pedoman jadi pemicu untuk melakukan sesuatu seperti sikap kedokteran yang menolong orang tanpa pamrih, kala menemui kesulitan dalam mengerti suatu ilmu kemudian salat dan rakus membaca, menulis dan meneliti. Bukankah wahyu pertama yang turun dalam al-Qur'an adalah perintah iqra' yang berarti membaca, menelaah dan meneliti.