Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Politik Oligarki Mengancam di 2020

24 Desember 2019   18:57 Diperbarui: 27 Desember 2019   08:17 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiku sendiri politik adalah barang yang paling kotor. Lumpur-lumpur yang kotor. Tapi suatu saat di mana kita tidak dapat menghindari diri lagi, maka terjunlah - Soe Hok Gie

Dalam hitungan hari, tahun 2020 akan menjelang dan meninggalkan tahun 2019. Tahun yang penuh warna, dilukis dengan aneka warna dari persoalan hukum, sosial, budaya, pertahanan, pendidikan, dan politik. Warna politik sendiri lebih mendominasi karena tentu cakupannya bisa menyentuh persoalan lainnya.

Ini bukan sekadar warna yang sembarang dibuat tanpa pretensi. Warna politik lebih hitam, melupakan putihnya politik. Akibatnya orang-orang menjadi gelap mata. Orang-orang yang berbaju putih dalam politik belum tentu mencerminkan putihnya politik.

Mengapa berbaju putih jika yang tampak adalah hitamnya politik? Mengapa politik dihitamkan oleh segolongan kelompok sehingga "tsunami politik" mengguncang tatanan sosial?

Politik menjadi keras antar sesama dan cacian kasar di media sosial. Politik lebih soalan hidup dan mati. Esensi politik terlupakan yaitu untuk terwujudnya kesejahteraan rakyat.

Pemerintah yang dibentuk untuk melayani kepentingan rakyatnya digugat oleh rakyat sendiri. Kita seperti kembali di awal masa perdebatan. Untuk siapa kah politik? Mengapa politik dilahirkan? Di mana posisi rakyat dalam politik?

Politik Oligarki Mengancam
Politik oligarki menubuh pada badan pemerintahan baik pada level pusat, provinsi, dan kabupaten. Oligarki dapat dimaknai dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elite kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer. Terbantahkan kah ini?

Kita juga tidak bisa menutup mata pada beberapa capaian-capaian positif pemerintahan (pusat, provinsi, maupun kabupaten) karena dukungan oleh elite kelompok kecil, orang-orang kaya, dan militer. Simbiosis mutualisme (hubungan saling menguntungkan para pihak) yang berwajah “politik oligarki” di beberapa negara juga terjadi.

Jika politik oligarki dibiarkan lama bersemayam pada tubuh pemerintahan maka arena politik hanya dinikmati elite politik berkedok partai politik mengatasnamakan “ini aspirasi rakyat.” Kita akan bertanya, rakyat yang mana?

Jika politik di dalam saku orang-orang kaya maka bahasa politik adalah “Anda punya uang berapa?” atau “Berapa banyak mahar politik yang disiapkan jika anda kami usung di pemilu atau Pilkada?” Kita akan bertanya apakah politik selalu tentang ongkos yang mahal dan tinggi?

Jika politik didominasi keluarga maka dipilihnya seseorang untuk posisi tertentu bukan lebih kepada kompetensi tapi pada garis keturunan keluarga. Kita akan bertanya untuk apa diadakan lelang jabatan?

Jika politik dikuasai militer maka penangkapan dan senjatalah yang harus dialami karena berbeda adalah kriminal. Kita akan menggugat bahwa manusia berbeda dalam ide dan “haram” untuk diseragamkan.

Masih ada harapan bahwa politik tidak dipegang oleh kelompok elite kecil yang menjadi penentu, dikuasai orang-orang kaya, para militer. Tapi itu butuh waktu.

Ingat, pemimpin pemerintahan akan berganti. Bak hukum siklus yang berputar.

Masih ada calon-calon pemimpin pemerintahan yang mau melakukan pengubahan dari politik oligarki kepada politik berbasis rakyat. Mereka ini menimba pengalaman politik di "kolam kecil" untuk siap ketika masuk ke "kolam besar."

Biarkan indah pada waktunya. Mereka akan memberi warna sehingga kita lebih optimis lagi pada masa depan politik. Semoga.

JR
Curup
24.12.2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun