Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teater sebagai Medium Perlawanan

11 Juni 2019   22:52 Diperbarui: 12 Juni 2019   08:06 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga koruptor ala Teater Koma (sumber dari kompas.com)

Entah. Jiwa saya bergetar selalu. Bulu kuduk meremang. Tiap kali menyaksikan pementasan teater atau drama.

Kala itu untuk sambut bulan bahasa  Himpunan Mahasiswa  Program Studi Bahasa Indonesia IAIN Curup adakan Semarak Bulan Bahasa dengan lomba drama dan musikalisasi puisi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) se Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang di Aula Rektorat IAIN Curup.

Di beberapa sekolah setingkat SMA di Rejang Lebong, teater menjadi ekstra kurikuler. Rerata pelatihnya merupakan orang Rejang Lebong. Tujuannya menjadi wadah untuk siswa/murid mengembangkan bakat dan minat.

Berhala. Pementasan drama perdana mengawali lomba dari SMA 8 Rejang Lebong.

Berkisah sekelompok orang pensyirik penyembah gunung. Sang anak yang ikut kelompok musyrik bertentang dengan sang ibu (orang yang bertauhid).

Allah lah satu-satunya patut disembah bagi ibu. Mutlak pencipta. Dia pencipta gunung. Dia pencipta laut. Allah yang maha tunggal.

Tidak bagi si anak. Gunung perlu di sajen. Agar tak marah dan meletus. Hancurkan desa. Timbulkan korban jiwa.

Musyrik berhala gunung. Peristiwa sosial yang sampai saat ini masih terjadi. Di teater kan.

Teater sebagai medium perlawanan sosial merupakan cerminan apa yang terjadi di kehidupan masyarakat.

Kala Teater Muncul di Tanah Yunani

Mengutip versi wikipeda ketika menjelaskan teater. Kata teater sendiri berasal dari kata theatron () dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton" merupakan istilah lain dari drama.

Tetapi dalam pengertian yang lebih luas, teater adalah proses pemilihan teks atau naskah, penafsiran, penggarapan, penyajian atau pementasan dan proses pemahaman atau penikmatan dari publik.

Proses penjadian drama ke teater disebut prose teater atau disingkat berteater. Teater bisa diartikan dengan dua cara yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas.

Teater dalam arti luas adalah sebagai drama (kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis).

Sedangkan arti sempit, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak contohnya wayang orang, ketoprak, ludruk dan lain-lain.

Teater dengan naskah yang dibuat dan plot cerita. Ditentukan siapa aktor. Kreaai tata panggung. Ditampilkan di pentas. Teater tak selalu tentang estetis dari pementasan di panggung.

Pun ia mementaskan keseharian yang digeluti sang manusia dengan segala soalan hidup yang berpeluh, berpengharapan, kepedihan, kegembiraan.

tempo.co
tempo.co
Teater sebagai Medium Perlawanan

Terlepas dari definisi arus utama (mainstream) teater diatas yaitu kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis tertulis.

Secara mendalam seni teater merupakan alat (medium) perlawanan. Bahwa makna perlawanan inilah yang sejatinya paling melekat dengan teater ketika suara kritis dibungkam maka teater melawan karena seni teater justru berusaha untuk menggugat kemapanan yang menindas dan status quo yang menghisap harapan perubahan dari rakyat.

Teater tampak paling nyata ketika ia berhadapan dengan kekuasaan yang diktator, otoriter, tiranik hadir sebagai media paling depan dalam menyuarakan pentingnya pembebasan dan perubahan.

Beberapa medium bentuk perlawanan teater yaitu. Pertama, menjadi alat efektif untuk melakukan pendobrakan terhadap kondisi yang dimapankan oleh kekuasaan

Kedua, teater menjadi daya ekspresi dan jeritan atas kenyataan yang sesungguhnya karena sengaja ditutup-tutupi oleh pihak yang tak ingin orang-orang tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Ketiga, teater paling objektif dan simbolis dalam menyuarakan nasib orang-orang tertindas langsung dari jantungnya.

Dengan memahami sifat teater sebagai medium perlawanan maka dapat kita anggap sesungguhnya bahwa dalam konteks itu teater adalah suara kejujuran, ungkapan kebenaran dan ekspresi fenomena yang paling asli.

Teater merekam segenap peristiwa yang timpang, mengendapkan untuk di tafsirkan gejalanya, mematangkan dan memunculkan sekaligus mengingatkan dengan lakon drama di hadapan orang-orang ketika terlena. Dan itulah teater. Selalu ada pesan dibalik apa yang di pentaskan.

JR
Curup
11.06.2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun