Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Logika Sederhana tentang Ekonomi Zakat

3 Juni 2019   20:01 Diperbarui: 5 Juni 2019   00:53 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beda dengan sumur yang ditutup dengan seng diatasnya, tidak pernah ditimba, airnya tergenang dan busuk. Maka ia seperti orang yang tidak membayarkan zakat.

yaqeeninstitute.org
yaqeeninstitute.org
Zakat, Infak, Sedekah dan Pentingnya Berbagi

Sebegitu nyata dan faktanya bahwa zakat menolong sesama dan beroleh ganjaran di sisi Tuhan. Lalu, kenapa masih ada orang yang belum berkemauan untuk menunaikannya bahkan seribu alasan dikemukakan.

Zakat tidak dipahami dalam satu pemahaman bahwa ia memiliki harta berlebih kemudian di zakatkan, di infakkan dan disedekahkan. Zakat bukanlah pemberian atas harta berlebih kemudian baru ditunaikan. Zakat adalah kewajiban karena pada harta yang dimiliki orang kaya terdapat hak orang miskin.

Ada sebuah kisah menarik tentang penarik becak di salah satu daerah di pulau Jawa. Si penarik becak ini adalah orang yang sangat miskin, apa yang dimiliki satu-satunya harta yang berharga adalah becaknya.

Di suatu acara pengajian, ia mendengar sang ustadz berujar dengan mengutip sebuah hadis "kullu ma'rufin sadaqah" artinya setiap kebaikan adalah sedekah. Kemudian si tukang becak merenung dan berfikir, ia tak memiliki harta untuk disedekahkan yang dipunyai hanyalah becak.

Maka, ia bertekad bahwa akan bersedekah kebaikan dengan tidak memungut bayaran berapapun juga terhadap orang yang menaiki becaknya alias gratis. Pada suatu hari naiklah seorang ibu yang kaya raya dan ketika turun dari becak karena telah sampai di depan rumah dan ia memberikan uang ongkos kepada si penarik becak tapi ditolaknya karena ia ingat dengan janjinya "kullu ma'rufin sadaqah.".

Si ibu yang kaya raya ini penasaran dan ia berpendapat itu hanyalah akal-akalan si tukang becak untuk mendapat bayaran yang lebih besar. Maka pada hari yang lain si ibu tadi sering menaiki becak tersebut dan setiap ia membayarkan ongkos selalu ditolak.

Maka si ibu pun tersadar bahwa ia lebih banyak harta tapi sangat sulit untuk berzakat, berinfak dan bersedekah. Setelah  peristiwa tersebut si ibu yang kaya raya pun sering berzakat, berinfak dan bersedekah.

Kisah diatas adalah nyata dan ia membalikkan logika manusia dan memenangkan logika agama yang beranjak dari keimanan yang kokoh. Tidak segala hal harus diukur dengan balasan material yang kasat mata atau simbiosis mutualisma (saling menguntungkan) karena jika ukuran itu yang digunakan alangkah sulitnya untuk melaksanakan kebajikan-kebajikan karena balasannya tak selalu yang nampak dan berbentuk materi.

Adakalanya kita sadar dan paham bahwa wilayah agama adalah sesuatu yang tak hadir tapi terasa dan penuh keberkahan. Maka, dalam beberapa hal logika manusia wajib mengalah dengan 'logika' agama dengan tanpa berdalil apapun juga apalagi jika ia bermanfaat bagi orang banyak contohnya zakat, infak dan sedekah.

JR

Curup

03.06.2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun