Setiap orang memiliki kemampuan menulis dan itu belum di munculkan tetapi dibiarkan terpendam berkarat lama dalam diri_anymous_
Pengenalan Buku
Kali ini saya ini telah menyelesaikan membaca buku berjudul "Proses Kreatif, Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang" terbitan PT. Gramedia Jakarta tahun 1983 dan Pamusuk Eneste sebagai editor.
Kenapa saya tuliskan 'telah menyelesaikan membaca buku' karena saya pernah disentil seorang abang jika saya adalah pengepul atau pengumpul buku bukan pembaca buku karena buku yang dimiliki jarang dibaca sampai selesai dan beberapa buku tersusun rapi di rak-rak buku belum tersentuh mata untuk dibaca. Hati saya tersayat pilu mendengarnya, luluh lantak kebanggaan diri... huihuihui.
Saya ucapkan terimakasih abang, atas sentilannya dan benarlah, buku yang kita miliki bukan dinding penghias rumah, bukan pula tempat bersarang kecoa serta laba-laba karena jarang dibaca tapi untuk dibaca dan membaca diiringi menulis bukanlah soal metode atau teknik, melainkan soal hidup dan keberanian ujar Sindhunata.
Buku "Proses Kreatif, Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang" adalah kumpulan tulisan dari beberapa orang penulis sastrawan ternama di Indonesia seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Subagio Sastrowardoyo, A.A. Navis, Trisnoyuwono, Wildan Yatim, Bh. Dini, Budi Darma, Ajip Rosidi, Putu Wijaya, Julius R. Siyaranamual, Arswendo Atmowiloto.
Beberapa orang dari nama yang dituliskan diatas merupakan avant garde (garda terdepan) sekaligus pakarnya dalam dunia kepengarangan kesastraan di Indonesia dalam bentuk cerita pendek, novel dan puisi dan juga penulis opini, essai dan artikel di majalah-majalah dan koran-koran ternama.
Berbagi Pengalaman Menulis
Di buku "Proses Kreatif, Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang" ini setiap nama-nama tersebut menceritakan dalam bentuk tulisan pengalaman dalam dunia tulis-menulis. Ada benang merah atau kesamaan yang dapat disimpulkan dari pengalaman para pengarang atau penulis tersebut yaitu.
"Saya doyan sekali membaca. Mulai dari karangan-karangan Karl May sampai pada buku-buku sastra terjemahan seperti Komedi Manusia (William Saroyan) dan cerita-cerita picisan yang merangsang berahi yang meledak pada tahun 50-an." Tulis Putu Wijaya di halaman 145.
Atau pada A.A. Navis,
"Kebetulan di Padang Panjang ada kerabat saya yang mempunyai kios yang menyewakan cerita komik. Maka saya dapat meminjamnya dengan cuma-cuma. Buku saku itu saya baca di keretapi, berangkat ke sekolah atau pulang dari sekolah."
Kedua. Beberapa orang dari mereka, minat membaca ditumbuhkan dan dibentuk oleh keluarga atau lingkungan keluarga.
Wildan Yatim, "jadi, nampaknya sudah pembawaan keluarga ayah saya gemar membaca. Kegemaran itu memuncak pada ayah. Waktu muda ia selalu membuka buku dikala senggang, seperti waktu istirahat dari memacul di sawah atau di kebun, atau baru pulang dari langgar (musala) setelah waktu salat Isya." (halaman 95).