Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Meriam Bambu di Malam Tarawih

9 Mei 2019   19:05 Diperbarui: 9 Mei 2019   20:22 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Illustrated by antarfoto.com)

 Teknologi yang berkembang begitu pesat membawa pengubahan-pengubahan kepada arah, cara dan bagaimana manusia menjalani hidupnya. Teknologi bertujuan semula dengan niat mulia yaitu memudahkan manusia dengan segenap aktifitas yang dilakukan apa pun itu nama dan bentuknya.

Manusia mengendalikan teknologi sehingga dampak buruknya dapat di minimalisir. Akal dan hati manusia semestinya menjadi pengendali mutlak dampak negatif teknologi, ini idealnya tapi tetap saja ada bolong-bolong negatif teknologi di lakukan oleh manusia yang memiliki hati dan akal.

Teknologi mendikte hidup manusia dari yang kecil sampai yang besar tanpa pandang usia dan profesi. Tak percaya. Coba lihat di sekeling kita, ada anak yang berumur 2 tahun sudah bisa main handphone/smartphone dan bergumul dengan games berjam-jam.

Teknologi mengurangi gerak dan membatasi manusia dengan sarana-sarana yang buat hidup manusia nyaman. Kenyamanan yang bermuka dua dan berkamuflase yang ada sebagian manusia menyadari dan tidak menyadari.  

Kenyamanan teknologi merasuki permainan anak-anak masa ini di bulan ramadan. Anak-anak milenial seusai shalat tarawih akan langsung main games di smartphonenya masing-masing atau ngumpul kongkow dengan beberapa teman sambil duduk di atas motor dan lagi-lagi smartphone yang temani.

Saya bukanlah orang yang sok suci dan tak tergoda dari smartphone. Di saat-saat tertentu saya juga ikut bergelut setia dengan smartphone tapi tak suntuk menunduk 5 jam, 6 jam sampai 10 jam. Paling-paling di bawah itu waktunya hehehe.

(Illustrated by antarfoto.com)
(Illustrated by antarfoto.com)
 Permainan Meriam Bambu yang 'Menghilang'

Ketika bersekolah SD di tahun 1990-an saya dengan beberapa orang ketika akan memasuki bulan ramadan akan pergi mencari bambu untuk dijadikan meriam bambu.

Ada yang membawa parang, air minum, pisau bersama teman-teman sambil berceloteh tertawa memasuki hutan mencari bambu bersandal jepit, kaos oblong dan bercelana pendek. Ini dilakukan di hari libur sekolah menjelang bulan ramadan.

Sore sambil pulang menggotong bambu bersama-sama yang panjangnya kira-kira 3 meter dengan jumlah orang dengan masing-masingya 2 orang. Jadilah bambu yang di tebang dan dibawa pulang 9 meter setelah dipotong-potong menjadi per 3 meter.

Besok paginya bambu lebih dibersihkan lagi untuk menghilangkan gatal-gatalnya sekaligus membuat lobang kecil di bambu untuk di isi minyak tanah dan kayu kecil penyulut api. Bahkan ada beberapa kawan agar suara tembakan meriam keras dan mengeluarkan api ditambah karbit.

Puasa ramadan tibalah dan seusai shalat tarawih mulailah dentuman-dentuman suara meriam bambu menggelegar disertai jilatan api di ujung bambu. Supaya lebih seru di ujung meriam bambu dipasangi kaleng dan ini berujung kepada perang meriam bambu antar teman sambil berhadap-hadapan dengan jarak 10 sampai 15 meter. Untuk membangunkan orang-orang supaya sahur meriam bambu pun memainkan perannya dengan suara dentuman keras itu.

Setiap bambu akan ada 2 orang yang mendampingi. 1 orang yang meniup dan menyulut api dengan kayu dan yang 1 orang lagi memasang kaleng di ujung lubang bambu. Perang bambu pun dimulai.

Siapa yang kena kaleng dari pihak lawan tidak akan marah tapi tertawa-tawa bersama-sama sambil memegangi badan yang kena tembak kaleng tadi. Di situlah jalinan seperasaian sepenanggungan dari mulai mengambil bambu di hutan, menggotongnya ke rumah, menyiapkannya dan perang bambu membuat kemanusiawian tumbuh dan berkembang. Bukankah manusia makhluk perasa?

Para orangtua hanya melihat dari teras rumah sambil tertawa dan berkomentar supaya hati-hati tak ada larangan dengan kata "jangan" atau urat tegang leher mengatakan "tidak boleh" pun tak ada sembunyi-sembunyi dari sang anak dari orangtua ketika bermain perang bambu.

Teknologi yang Melenakan dan Manusiawi yang Melenyap

Di kbbi.web.id teknologi diartikan dengan, metode ilmiah (cara-cara yang sesuai dengan ilmu pengetahuan/sains) untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Intinya, teknologi yang sang penciptanya manusia bertujuan untuk kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia berupa ilmu terapan dan caranya ilmiah. Metode (cara) ilmiah ini berupa fakta (nyata), pengamatan langsung (observasi), objektif (diterima semua kebenarannya) dan di uji kebenarannya (verifikasi) untuk menganggap apakah sesuatu itu ilmiah ataukah tidak. Ilmu pengetahuan alam (IPA) yang membuat ukuran ini dengan tokohnya Auguste Compte.

Efek lebih jauh berpikir ilmiah ketika diterapkan kepada manusia maka unsur-unsur kemanusiawian akan melenyap ke dalam kepastian. Penentangan ukuran ilmiah di IPA ini memunculkan ilmu humaniora yang menyatakan bahwa ukuran pasti pada IPA hanya dapat diberlakukan kepada benda mati dan manusia bukan benda mati tetapi makhluk unik yang memiliki rasa.  

Bersifat manusia atau kemanusiaan itu bertumbuh seiring berkumpul bersama-sama dalam canda tawa, keriangan hati, derita yang sepenanggungan, dan kata-mengatai bertujuan mengingatkan kawan. Bukan dengan pencet-memencet bermodal jari jempol dan telunjuk yang mengabaikan siapa disamping kita yang ingin bercerita di malam seusai tarawih. Atau berfoto selfie di dalam masjid dan juga berfoto usai tarawih dan 'melaporkan' kepada Tuhan dan manusia dengan di share facebook atau instagram.

JR

Curup

9.05.2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun