Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembantaian Buku

18 April 2019   03:10 Diperbarui: 18 April 2019   03:22 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Illustrated by tirto.id)

Lain lagi kisah Ibnu Rusyd sang filosof Muslim dari tanah Andalusia (Spanyol/520-595 H/1126-1198 M). Di Eropa disebut Averrous menguasai ilmu filsafat, hukum Islam, ilmu kalam dan sastra arab juga menekuni matematika, fisika, astronomi, kedokteran dan ilmu logika.

Ibnu Rusyd penulis yang hebat dan subur di berbagai ilmu seperti di bidang filsafat Islam menulis buku Tahafut at-Tahafut. Di ilmu fikih ada buku berjudul Bidayat al-Mujtahid, sebuah karya besar berupa fikih perbandingan dan jadi rujukan para ahli fikih. Di ilmu kedokteran buku berjudul Kulliyat fi at-Tibb, yang membicarakan secara garis besar ilmu kedokteran dan menjadi pegangan mahasiswa kedokteran di Eropa berabad-abad lamanya.       

Ibnu Rusyd dituduh bid'ah, peniru hasil karya orang lain (plagiat) oleh sekelompok orang dari ahli fikih, penyair, mantan teman belajar, khatib. Mereka meneliti buku yang ditulis Ibnu Rusyd untuk dicari kesalahan-kesalahannya.

Hasil dari kesalahan-kesalahan buku Ibnu Rusyd itu dianggap bid'ah dan plagiat kemudian di susun dalam satu jilid dan mereka pergi menemui khalifah Abu  Yusuf Ya'qub al-Manshur. " Ini bukti kebid'ahan Ibnu Rusyd" ujar mereka sambil berharap hukuman mati menimpa Ibnu Rusyd. Namun, konspirasi itu menemui kegagalan ketika diadakan perdebatan terbuka dan Ibnu Rusyd mampu mempertahankan pendapatnya dan menolak segala tuduhan itu.

Bukannya padam tapi racun cemburu bercampur fitnah justru berkobar-kobar di hati kelompok pembenci Ibnu Rusyd setelah peristiwa itu dan sang khalifah di tahun 593 H/1197 M, karena tekanan dari orang-orang tersebut mengeluarkan perintah agar buku filsafat Ibnu Rusyd dilarang beredar dan di bakar. Ibnu Rusyd disingkirkan dari jabatan di pengadilan dan dijadikan tahanan rumah. 

Betapa peristiwa berabad silam mengulang kisahnya di hari ini dan hari-hari yang akan datang. Akankah peradaban buku lambat laun meregang nyawa karena dibantai manusia!

(Illustrated by tirto.id)
(Illustrated by tirto.id)
Buku di Era Millenial, Serasa ada yang Hilang

Masa berbilang dan orang-orang berganti. Ilmuwan dan buku memasuki era baru disebut dengan era millennial. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe. Sebuah era dimana manusia memilki keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital dan rerata penggunanya generasi X atau disebut Babby Boomers kelahiran 1990-an.

Buku yang dibaca tidak lagi terbuat dari kertas tapi perangkat keras bernama smartphone yang fleksibel dan multifungsi. Beli buku tidak harus datang langsung ke toko buku tapi bisa pesan online. Ilmuwan dengan keilmuan yang dimilikinya bisa menshare karya tulisnya dan mudah di akses. Dunia di ujung jempol.

Tapi serasa ada yang hilang. Bau kertas buku yang merangsang otak untuk membaca sambil menikmati halaman per halaman tak diperoleh dari smarthpone. Kedalaman bacaan dari buku berbeda dengan dari smartphone. Hasil bacaan dari buku melekat kuat karena telaten dibaca dan tidak dibaca sambil lalu dan ini berbeda dengan smartphone. Semoga ini perasaan saja.

JR
18.04.2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun