Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jalan Keabadian Hatta

13 April 2019   14:14 Diperbarui: 14 April 2019   06:05 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejeniusan yang tidak dipergunakan untuk umum, menjadi perhiasan diri orang itu saja, umum tak mendapat hasil kecerdasannya itu sedikit juga_Muhammad Hatta_

Jiwa pergerakan bagi Bung Hatta seolah-olah serupa dengan agama_Haji Agus Salim_

Ketika itu Tuhan mengajarkan dan 'menanamkan' nama-nama benda di mulut Adam untuk menjawab protes dan keberatan para malaikat yang menyatakan "akankah Engkau (Tuhan) menciptakan orang yang merusak dan menumpahkan darah di permukaan bumi."

Pengajaran Tuhan tentang penyebutan nama-nama menyebabkan Adam tahu dan mampu menyebutkan nama-nama benda tersebut sedangkan malaikat tidak. Setelah itu Tuhan bertanya kepada para malaikat tentang 'protes' itu dan mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain yang Engkau ajarkan kepada kami." Dialog Tuhan dan malaikat ini diabadikan di Al-Qur'an Surat al-Baqarah ayat 30-32.

Pertanyaan dan pernyataan Tuhan kepada para malaikat merupakan pukulan telak yang menyebabkan mereka tersadar dengan cepat dan menyadari kekeliruannya bahkan menjawab "Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Berbilang usia bumi yang menjadi tempat tinggal Adam dengan melahirkan anak-anaknya maka mampulah mengenal manusia akan benda-benda disekitarnya dan mampu menyebutkannya. Ia menjadi bahasa yang berisi huruf dan kata-kata dapat berbentuk lisan, tulisan atau isyarat sebagai alat komunikasi.

Pengabadian kata-kata agar dibaca, diingat agar terpatri di otak dan di hati maka ada jalan tulis yang dipilih. Ada juga yang memilih jalan lisan atau jalan isyarat. Ketiga hal itu jadi pilihan masing-masing orang tergantung mana yang disukai dan juga mengikuti situasi masa dan waktu.

Kompas.id
Kompas.id
Baca Tulis Sebagai Jalan Keabadian Hatta
Gerbang pertama kali yang dibuka untuk menulis adalah membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Rerata tokoh-tokoh pahlawan nasional Indonesia yang telah wafat merupakan pembaca yang kuat dan gigih.

Mereka dengan tekun dan gigih mempreteli huruf per huruf, kata per kata, kalimat per kalimat dan paragraf per paragraf untuk mencari makna untuk dituliskan kembali.

Ada yang sanggup membaca 4 sampai 5 jam perhari dengan konsisten dan menuliskannya. Ada yang lebih dari 5 jam dengan membaca di pagi, siang istirahat, malamnya dilanjutkan dengan menulis. Baca tulis oleh pejuang kemerdekaan berwajah dua, menjadi alat agar rakyat melek dengan apa kondisi saat itu dan menjadi alat propaganda yang memiliki kekuatan mengusir penjajah.

Masa itu tulisan menjadi senjata ampuh menyadarkan rakyat Indonesia dan menentang penjajah Jepang, Belanda dan Portugis. Brosur-brosur, pamflet-pamflet yang disebar ketika rapat-rapat partai, ditempel di dinding-dinding rumah membakar jiwa patriotis rakyat mengusir penjajah.

Pun koran-koran yang ada seperti Medan Prijaji (1907), Fajar Asia (Jakarta, 1924), Darmo Kondo (Solo, 1910), Sedio Tomo (Yogyakarta, 1920), Fikiran Ra'jat (Bandung, 1932), Soeloeh Ra'jat Indonesia (Surabaya, 1928), Asia Raya (Jakarta, 1942) isinya hancur leburkan dan usir penjajah demi tercapainya kemerdekaan Indonesia.

(Illustrated by pikdo.me)
(Illustrated by pikdo.me)
Ketika dibuang ke Digul oleh penjajah Belanda, Hatta datang dengan enam belas peti buku dan membacanya agar menjaga kesehatan, pikiran dan perasaan. Disamping sebulan sekali mendapat kiriman koran dari Negeri Belanda, Het Volksbald, De Groene Amsterdammer dan koran lokal Pemandangan, Soeara Oemoem, dan Doenia Dagang.

Muhammad Hatta sering dijadikan contoh bagaimana seorang pembaca yang kuat, cinta buku dan memiliki perpustakaan dengan ribuan koleksi buku dari bahasa Inggris, Perancis, Jerman, penulis yang melahirkan beberapa buku seperti politik, filsafat, ekonomi, koperasi, demokrasi, sosial.

Dengan membaca dan menulis yang berujung pada karya-karya buku dari beragam ilmu tersebut nama M. Hatta harum dan terpatri abadi di benak bangsa Indonesia walaupun sudah berhitung masa sudah tiada.

Di antara karya Hatta, Kearah Indonesia Merdeka, Pengertian Pancasila, Bangunan Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan, dan oleh I. Wangsa Widjaja (pernah menjadi sekretaris pribadi Bung Hatta selama lebih 40 tahun) disebutkan tidak kurang dari 50 buah buku yang beliau tulis dan jika ditambah dengan pidato-pidatonya yang telah dicetak jumlahnya kira-kira 65 buku.

Di tengah kesibukannya menjadi Wakil Presiden, Muhammad Hatta menyempatkan diri memberi kuliah mengenai ketatanegaraan, politik, ekonomi, dan filsafat di Sekolah Staf Angkatan Darat Jakarta, di Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Universitas Padjajaran, Universitas Parahiyangan dan membaca buku setiap hari sekurang-kurangnya satu jam.

Di Sumatera Barat tepatnya di Kota Padang didirikan Universitas Bung Hatta pada 20 April 1981 dan di Bukittinggi didirikan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta pada 21 September 2006. 

Baca tulis sebagai jalan keabadian Hatta bergaung mengguncang penjajah Belanda justru tepat di jantungnya ketika bersama-sama Ali Sastroatmodjo, Nazir Datuk Pamuncak, Abdulmadjid Djojodiningrat setelah ditangkap selesai mengikuti Kongres Liga Menentang Penjajahan di Brussel tahun 1927. Dan di depan pengadilan Belanda beliau membacakan pembelaannya berjudul Indonesia Vrij (Indonesia Merdeka!).

(Illustrated by goodreads.com)
(Illustrated by goodreads.com)
Islam dan Ekonomi Sebagai Jalan Keabadian Hatta
M. Hatta lahir di Batuhampar, Payakumbuh, dibesarkan dalam keluarga agamais dan alam Minangkabau yang kala itu lekat dengan adat, Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai (Adat Bersendikan Agama, Agama Bersendikan Kitab Allah, Agama Berkata, Adat Memakai).

Kakek Hatta, Datuak Syaikh Abdurrahman bergelar Syaikh Nan Tuo, adalah seorang guru agama terkenal dan seorang pejalan cinta menuju Allah (tarekat). Batuhampar dicita-citakannya menjadi benteng pertahanan fisik bila penjajah mendesak ke pinggiran Minangkabau dan juga pertahanan ruhani untuk umat Islam yang berada di kawasan tersebut.

Ayah Gaek Arsyad (kakak kandung Ayah Hatta dan pengganti Syaikh Batuhampar setelah wafatnya) yang menanamkan nilai-nilai agama kepada Atta (panggilan akrab Hatta semasa kecil) karena sang Ayah Haji Muhammad Djamil wafat ketika Atta berusia delapan bulan. Sedangkan dari pihak Ibu merupakan saudagar (pengusaha) yang sukses.

Kedisiplinan waktu dan kegiatan Hatta yang dikagumi orang-orang juga diperoleh dari Ayah Gaek. Atta kecil besar di Surau Inyik Djambek yang jaraknya kira-kira setengah kilometre dari rumhanya. Surau kala itu bukan hanya sekedar tempat tidur di malam hari tapi juga belajar ilmu agama, dan pencak silat.

Tentang surau ini punya kisah yang membentuk karakter M. Hatta. Dulu, Inyik Djambek adalah seorang keturunan bangsawan kaya raya. Namanya Djamil Djambek. Sejak kecil hidupnya bersenang-senang saja. Dia seorang parewa (preman versi dulu yang sering main adu ayam, main koa tapi memiliki kekuatan dalam bersilat) dan pemakan masak mentah (tak tahu mana halal dan mana haram). Tak kenal agama dan aturan adat.

Di usia dua puluh dua tahun hidup Djamil Djambek berubah drastis ketika ia mulai belajar mengaji dan shalat. Selanjutnya Inyik Djambek oleh sang Ayah diajak belajar ke Mekkah yang pada masa itu merupakan pusat ilmu pengetahuan agama Islam. Inyik Djambek belajar kepada beberapa ulama ternama seperti Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, H. Abdullah Ahmad dan Syaikh Taher Jalaluddin. Ketiga ulama ternama itu berasal dari Indonesia.

Inyiak Djambek juga penulis dan dimuat di majalah Al-Munir. Ahli ilmu perbintangan (falak). Pernah juga mendirikan organisasi Tsamaratul Ikhwan yang menerbitkan kitab-kitab kecil dan brosur-brosur tentang pelajaran agama Islam tanpa bermaksud mencari keuntungan dan sangat memberikan dorongan pada terjadinya pembaharuan di Minangkabau dengan membantu organisasi-organisasi pembaharu tersebut.

Di surau kala Hatta mengaji beberapa orang temannya menertawakan karena alunan yang tak pas. Inyik Djambek menyemangati Hatta dengan berujar, "Jangan takut, teruslah berlatih. Indak ado gunuang nan tinggi nan indak dapek didaki, indak ado lurah nan dalam nan indak dapek dituruni." (Tidak ada gunung yang tinggi yang tak dapat di didaki, tidak ada lembah yang dalam yang tidak dapat dituruni). (Sergius Sutanto, 2013: 50). 

Pendidikan agama yang Ayah Gaek selalu tanamkan terkait pituah-pituah (nasehat) agama ke Hatta kecil bahwa melakukan sesuatunya karena Allah, bersiteguh pada tali kebenaran dan tak boleh takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah, haramkan mengutamakan ambil keuntungan pribadi berbentuk apa pun ketika mengerjakan sesuatu.

Inilah yang jadi pegangan bagi Hatta dalam dunia pergerakan baik pergerakan pemuda, rakyat dan politik. Tidak pernah beliau masuk ke dalam suatu pergerakan secara main-main. Setiap pergerakan yang diikuti diberikannya sepenuh-penuh tenaga dan minatnya kepada tujuan dan landasan pergerakan tersebut. Karena itulah Hatta dan Soekarno bersimpang jalan di era Demokrasi Terpimpin ketika 'dipaksakan' oleh Presiden Sokearno.

Bahkan gabungan jiwa ulama dari pihak Ayah dan jiwa saudagar dari pihak Ibu yang berpadu padan dalam jiwa Hatta membentuk karakternya yang beriman teguh dalam menghadapi masa sulit penuh cobaan di masa penjajahan ketika dibuang ke beberapa tempat sekaligus bagaimana Hatta berminat kepada ilmu ekonomi karena bahwa rencana kemakmuran rakyat di masa datang mesti berdasar teori yang dipikir dengan matang dan ketika dilaksanakan sesuai dengan waktu dan tempat.

Goodreads.com
Goodreads.com

Agama Islam dan ekonomi bertanam di jiwa dan pikiran Hatta sehingga membentuk religius sosialisme Islam. Bagi Hatta religius sosialisme Islam mesti dilaksanakan supaya dapat dicapai cita-cita persaudaraan manusia yang dituntut oleh segenap agama, dimana produksi dilakukan oleh orang banyak di bawah pimpinan juru kuasa (Presiden) yang dipilih rakyat. Lanjut Hatta, bagi kita orang Islam yang taat kepada perintah Allah, sosialisme itu harus timbul atas kemauan kita sebagai suruhan agama!

Sosialisme merupakan aliran yang meniadakan kepemilikan perseorangan atas alat atau barang yang dibuat (produksi) yang vital, akan tetapi semuanya itu harus negara yang menguasai supaya keuntungannya tidak lagi dikuasai dan masuk ke dalam kantong uang segolongan kelompok kecil saja (kaum pemodal). Tapi masuk ke dalam perbendaharaan negara sehingga segenap rakyat merasakan pembagian dan kemakmuran. 

Lebih lanjut konsepsi ekonomi Muhammad Hatta "Perekonomian Indonesia merdeka diatur dengan usaha bersama. Dengan ini tidak dimaksud akan mematikan perusahaan yang kecil-kecil yang hanya dapat dikerjakan oleh orang seorang saja dan tidak menyinggung keperluan umum. Usaha bersama dilakukan agar terhadap kepada penghasilan yang besar-besar yang mengenai keperluan umum dan kemakmuran rakyat semuanya." (I. Wangsa Widjaja, 1988: 266).

Islam dan ekonomi sebagai jalan keabadian Hatta ingin rakyat Indonesia menikmati kemakmuran dari alam bumi sendiri dengan kesejahteraan ekonomi yang merata di setiap tempat dan koperasi menjadi sumbunya. Bukan di nikmati segelintir orang-orang kaya dan berikan kepada pemodal asing agar dikelola yang belum tentu rakyat sendiri merasakan manfaatnya lebih banyak.

Taman Bacaan

  • Deliar Noer. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. LP3ES. Jakarta. 1996.
  • Wangsa Widjaja. Mengenang Bung Hatta. Haji Masagung. Jakarta. 1988.
  • Sergius Sutanto. Hatta: Aku Datang karena Sejarah. Qanita. Bandung. 2013.
  • Tigor Pangaribuan. Kamus Populer Lengkap. Pustaka Setia. Bandung. 1996.

JR
Curup | 13.04.2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun