Kantor kedua pihak berbeda pilihan tersebut diisi oleh ratusan orang-orang yang memiliki keahlian dalam membaca kejiwaan rakyat Inggris (baca: psikologi massa), orang yang mampu statistik dan data, orang yang mampu menarik massa dengan tutur bicaranya (baca: pelobi), ahli media massa, cetak dan sosial.
Bahkan kelompok "leave" menyewa ahli analis media sosial (baca: ilmuwan data) yang menggabungkan facebook, twitter yang mana semuanya dalam satu database yang dapat diperbarui dan menanggapi secara real time. Disinilah keunggulan lain yang dimiliki kelompok 'leave".
Para analis (baca: ilmuwan data) ini sebelumnya pernah bekerja di Gaston Collider dan jumlah mereka hanya 4 orang yang memelototi layar monitor komputer sebelum referendum dilakukan. Perebutan suara rakyat Inggris tak hanya dilakukan lewat dunia darat, debat di televisi, debat di ruang terbuka, tapi juga dunia maya.
Diantara yang dilakukan ilmuwan data tersebut, membuat beberapa iklan yang telah dikembangkan untuk kejuaraan sepakbola Euro yang mana hanya dimainkan oleh satu orang dan di bagikan ke pengguna facebook di Inggris dengan hadiah 50 juta euro. Seperti bermain playstation sendirian tapi jika menang dapat uang 6 triliun rupiah.
Intinya dari games ini adalah dapat mengumpulkan ratusan ribu rincian kontak untuk mendapatkan orang-orang memilih "leave" dengan 20 pertanyaan sebelum bermain.
Selanjutnya setelah data-data pribadi di peroleh melalui permainan tersebut maka orang-orang tersebut di telepon satu persatu untuk diajak ketika referendum memilih keluar (baca: leave) dari Uni Eropa.
Akhirnya hasil referendum dengan suara 17.410.742 rakyat Inggris memilih "leave" Brexit (Britania Exit, baca: Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa) dan Perdana Menteri David Cameron menyatakan mundur.
JR
Curup
03.04.2019.