Seluruh ilmu tidak lebih dari penyempurnaan pemikiran sehari-hari-Albert Einstein-
Nasib Filsafat
Kemunculan filsafat yang bernalar kritis dan pemberontakan berpikir dari rasio ke mitos oleh para filosof Yunani Kuno yang dipelopori oleh Thales dilanjutkan Sokrates, Plato, Aristoteles meredup. Filsafat dengan segala konstribusi dan keagungannya jadi umpama cagar budaya yang dijadikan tontonan bagi orang yang datang dan berlalu lalang untuk melihat-lihat lalu pulang dan tak lagi dipedulikan. Â
Dari sisi kapasitas keilmuan pengajar filsafat yang disiplin keilmuannya bukan berlatar belakang filsafat, seumpama strata satu (S 1) bukan jurusan filsafat, strata dua (S 2) juga bukan filsafat. Lalu, bagaimana mahasiswa mengerti dengan materi-materi filsafat.
Dari sisi silabus, belum ada kebaruan. Di beberapa perguruan tinggi ketika filsafat di pelajari ia menjadi semacam pengantar filsafat. Maka materinya; filsafat Yunani kuno, sebab munculnya, filsafat romawi kuno, abad pertengahan dan eropa modern dan seterusnya.
Materi itu mengindikasikan kepada pendekatan pengertian filsafat, sejarah filsafat namun jarang menyentuh pembahasan mendalam tentang filsafat. Kalaupun di bahas maka bahasa yang digunakan oleh si pengajar filsafat sangatlah tingginya sehingga mahasiswa tak mengerti atau bingung. Juga kadangkala tak dijelaskan mengapa dan untuk apa belajar filsafat.
Juga, pengajaran matakuliah filsafat saat ini di beberapa perguruan tinggi seperti seremonial belaka. Ia hadir hanya untuk menggenapkan jumlah satuan kredit semester saja. Atau ia bagaikan museum yang isi museum menampilkan para filosof dan pemikirannya masa dulu dan tak terhubung sama sekali dengan kekinian persoalan hidup yang dihadapi manusia dan ilmu pengetahuan.

Bukankah ilmu dibuat oleh manusia untuk menjawab persoalan yang muncul di keseharian hidup manusia. Lalu, apa yang harus dilakukan agar filsafat diterima bukan hanya di perguran tinggi tapi juga oleh masyarakat.
Supaya kajian filsafat tak dianggap lagi mengawang-awang dan jauh dari realita kehidupan masyarakat serta yang meragukan kemampuan filsafat sebagai ilmu untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan masyarakat.Â
Filsafat sebagai RefleksiÂ
Supaya ilmu filsafat tidak menjadi busuk maka ia menjadi refleksi (cermin pantul) bagi keilmuan dan masyarakat pada beberapa aspek;
Aspek pertama. Filsafat sebagai ilmu. Di katakan filsafat sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu bagaimanakah, mengapakah, ke manakah, dan apakah.
Masih ingatkah anda dengan teori gravitasi Newton? Teori gravitasi Newton muncul dari beberapa pertanyaan (apakah, mengapa, dan bagaimanakah) tentang buah apel yang jatuh dan menimpa kepalanya lalu melahirkan rumus dan teori gravitasi, " Â gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta."
Awal mula filsafat dan ilmu identik "filsafat adalah ilmu dan ilmu adalah filsafat" namun seiring perkembangan waktu filsafat dan ilmu dipisahkan untuk mengakomodir kajian objek yang berbeda. Namun, tak dapat dipungkiri jika filsafat adalah titik picu bagi kemunculan ilmu-ilmu karena pertanyaan ilmiah tersebut. Â
Aspek kedua, filsafat sebagai cara berpikir. Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir secara mendalam dengan menggunakan akal untuk diketahuinya hakikat sesuatu.
Di antara cara berpikir filsafat yaitu konseptual. Konseptual berarti gambaran/rancangan yang ada di dalam kepala. Ketika seseorang tinggal di tempat rawan gempa akan membuat rumah yang tahan gempa tentunya akan ia buat konsep kemudian dituangkan ke atas kertas terlebih terlebih dahulu seperti ukuran besi yang pas, fondasi yang kukuh dan lainnya bukan tiba-tiba saja ia buat rumah tanpa mengkonsepnya terlebih dahulu karena berakibat fatal ketika rumah ditempati dan terjadi gempa. Â Â Â Â
Aspek ketiga, filsafat sebagai pandangan hidup. Ada banyak pandangan hidup atau aliran dalam filsafat seperti materialisme, nihilisme, dan lain-lainnya. Beberapa orang memiliki pandangan hidup yang kadangkala itu mengambil dari pemikiran seorang filsuf atau sebuah negara seperti Amerika Serikat yang berpandangan hidup pragmatisme (hasil yang berguna secara praktis) dari William James .
Dari filsafat sebagai pandangan hidup yang dianut seseorang atau sebuah negara tersebut kita akan mengerti mengapa ia berbuat seperti itu atau negara tersebut melakukan hal yang demikian. Â Â Â
Taman Bacaan
F. Budi Hardiman. Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2004.
Musa Asy'Arie. Filsafat Islam: Sunnah Nabi dalam Berpikir. LESFI. Yogyakarta. 1999.
 Mulyadhi Kartanegara. Mengislamkan Nalar: Sebuah Respon Terhadap Modernitas. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2007
JR
Curup
10.04.2019.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI