(foto diambil dari google)
Manusia pada dasarnya adalah binatang politik (zoon politikon)_Aristoteles_
Euforia pemilihan capres (calon presiden) dan cawapres (calon wakil presiden) dibungkus kampanye kelilingi negeri, debat di televisi berjilid-jilid, serang dan tangkis tim sukses dan pemenangan di media televisi dan massa serta dibuat riuh oleh para pendukung kedua calon di media sosial membuat kita lupa bahwa di tanggal 17 April 2019 juga ada pemilihan calon legislatif yang akan menduduki kursi dewan dari tiap-tiap partai yang ikut berkontestasi.Â
Dan juga Capres dan cawapres siapapun yang terpilih nanti tak akan bisa melepaskan dari partai yang mendukung mereka supaya menang di pemilihan Presiden Indonesia masa bakti 2020-2024 .
Tak dapat lepasnya Presiden dan Wakil Presiden yang menang dan terpilih nantinya dari partai politik yang mendukung mereka sehingga yang menduduki jabatan menteri, direksi BUMN, duta besar akan di isi oleh orang-orang dari partai pendukung atau tim sukses maka wajar disebut "Negara Parpol".Â
Belum lagi kenyataan bahwa capres nomor urut 01 pernah menyebut diri sebagai "petugas partai" dari partai berlambang banteng moncong putih dan nomor urut 02 berposisi ketua umum pada sebuah partai berlambang kepala burung garuda..
Kecewa itu Bernama Parpol   Â
Parpol (partai politik) termasuk menyumbang karut marutnya wajah politik Indonesia yang menjalar kepada urusan sosial, hukum, budaya, pendidikan, ekonomi, agama, dan keamanan bahkan tali silaturahmi bisa putus karena beda pilihan partai politik. Korupsi, kolusi, nepotisme bersarang di rumah partai politik.
Kekecewaan-kekecewaan rakyat terhadap politisi dengan tindakan yang jauh dari kesan sebagai wakil rakyat yang diberi suara dan amanah kemudian melebar hingga kepada partai politik.Â
Partai politik bertanggungjawab untuk menciptakan politisi peduli kepada orang-orang (rakyat) yang memilihnya serta berpihak pada keinginan-keinginan rakyat namun sayangnya itu tidak terjadi, umpama kata "jauh api dari periuk" ketika memasak beras sehingga beras pun tak pernah jadi nasi. Â
Keberadaan partai politik dengan beragam kontribusinya tidak sebagaimana diharapkan dan keluar jalur dari fungsi, tujuan partai politik dibuat serta mengangkangi visi dan misi yang telah disusun.Â