Mohon tunggu...
Fakhraen Fasya
Fakhraen Fasya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota - UNIVERSITAS JEMBER

Seorang mahaswa dengan antusiasme ilmu perencanaan. Mendalami ilmu analisa spasial berbasis GIS.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

BBM Naik, Akankah Urgensi untuk Melihat Ekonomi Lokasi Berkembang?

14 September 2022   20:58 Diperbarui: 14 September 2022   21:34 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemerintah indonesia baru saja menetapkan kenaikan BBM pada Sabtu 3 September 2022, siang hari. Harga pertalite yang sebelumnya sebesar Rp7.650 naik 30% menjadi Rp10.000 per liter. Solar naik 32% dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Dan pertamax naik 13% dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.

Alasan kenaikan tersebut disebutkan oleh pemerintah dikarenakan . dikutip dari kominfo.go.id bahwa subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp142,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun. Tentunya angka tersebut akan terus meningkat mengikuti kenaikan harga bahan bakar dunia. Berdasarkan data pemerintah, didapati bahwa 70% dari subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu yaitu pemilik mobil-mobil pribadi.

Pemerintah akhirnya mengambil langkah yang penuh dengan pro dan kontra yaitu pengalihan dana subsidi menjadi penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM yang akan diberikan kepada 20,65 juta keluarga yang kurang mampu. Tidak lupa pemerintah memberikan subsidi upah kepada pekerja dengan gaji maksimum Rp3,5 juta per bulan.

Tidak seperti kenaikan harga rokok naik yang tidak terdapat protes dari masyarakat, BBM merupakan salah satu kebutuhan utama dalam sub sistem ekonomi yang menjembatani antara produsen dan konsumen, yaitu distribusi. Naiknya harga tersebut tentunya akan memberikan dampak yang signifikan terhadap harga yang jatuh ke konsumen.

Kenaikan BBM ini tidak menjadi yang pertama kali nya bagi Indonesia. Sejak zaman kepresidenan Soekarno, kenaikan BBM sudah terjadi beberapa kali. Kenaikan yang berkali-kali ini berpotensi mengubah pola pikir masyarakat terhadap perilaku konsumsi dan gaya hidup. Ditambah lagi dengan kasus melonjaknya harga minyak pada pertengahan tahun.

Pola pikir ekonomi yang memiliki prinsip rasionalitas akan mengarahkan masyarakat agar mulai sadar bahwa BBM merupakan kebutuhan sekunder dan mulai mencari cara untuk mem"press" biaya pengeluaran untuk BBM agar kedepannya lebih bisa beradaptasi dengan harga bahan pangan yang merupakan kebutuhan primer.

Pola pikir ini tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat semakin sadar bahwa adanya keuntungan ekonomi dalam lokasi. Keuntungan tersebut dapat didefinisikan dengan teori-teori lokasi, terutama yang digunakan untuk menentukan lokasi pasar. Menurut Asy'ari (1993), diperlukan kemudahan yang maksimal bagi penyesuaian warga atau penduduk di suatu kota. 

Menurutnya, Prinsip umum yang dijadikan pedoman dalam upaya manusia untuk mudah menyesuaikan diri pada alam lingkungan atau penyelarasan dengan sekitarnya, adalah:

  • Prinsip ongkos minimum, dengan mempertimbangkan faktor-faktor :
    • Perbedaan antara kegunaan dan harga tanah, bahan mentah, tenaga kerja serta modal
    • Perbedaan permintaan dari berbagai pasar akan hasil (produksi) dengan harga penjualan
    • Ongkos transportasi bagi orang serta barang
    • Perbedaan harga dan ongkos penempatan barang dengan aspek keamanan atau resiko yang harus ditanggung
  • Prinsip lokasi median (median location), di mana lokasi yang paling tepat dapat ditentukan di tengah-tengah atau median dari segala arah. Jarak lokasi menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi yang paling tepat, dengan demikian dapat ditentukan letak zona atau lokasi pasar, pertokoan, supermarket, stasiun, pusat pendidikan, pusat pemerintahan, fasilitas kesehatan, dan lain sebagainya.
  • Prinsip penentuan jalur transportasi rutin. Pengaruh transportasi bagi intersection dari unit-unit permukiman penduduk sangat besar artinya dalam penentuan lokasi, misalnya untuk keperluan pabrik atau keperluan lainnya, sebab transportasi memudahkan mobilitas penduduk. Pertemuan antar rute transportasi merupakan median yang sangat strategis dan efisien bagi banyak keperluan.
  • Penentuan lokasi di kota sangat bervariasi, antara lain prinsip ongkos minimum, efisiensi, dan lokasi median, jalur transportasi, sumber bahan baku pemasaran dan jumlah penduduk merupakan faktor yang mesti diperhitungkan.

Dalam ilmu Urban Planning, fenomena kenaikan BBM ini tidak menjadi isu baru. BBM yang merupakan non-renewable energy harus ditekan penggunaannya. Suatu saat bahan bakar tersebut bisa saja habis dan melumpuhkan ekonomi global. Dilain sisi, penggunaan bahan bakar BBM untuk transportasi menyumbangkan kontribusi hampir seperempat emisi gas rumah kaca global terkait energi.

Tujuan pembangunan berkelanjutan memberikan gambaran bagaimana konsep kota di masa depan. Penekanan penggunaan bahan bakar dapat dilakukan dengan memperkuat jaringan transportasi umum baik jangkauan, kapasitas, kualitas, dan intensitas. Gunanya agar masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.

Di sisi lain, pembangunan yang inklusif juga dapat menjawab isu tersebut. Konsep kota yang terklaster oleh Euclidean Zoning mengakibatkan melebarnya jarak antara tarikan dan bangkitan. Melebarnya jarak tersebut menjadi kendala aksesibilitas yang dijawab oleh masyarakat dengan menggunakan transportasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun