MEMAKNAI TUT WURI HANDAYANI DALAM MOMENTUM G20
Memanfaatkan G20 sebagai media pelaksanaan semboyan pendidikan tut wuri handayani adalah momentum yang sangat tepat. Pembahasan inklusi keuangan dengan berbagai negara yang masing -- masing memilki latar belakang inklusi keuangan yang berbeda baik dari kekurangan atau kelebihan, kemudahan ataupun kesulitan, hingga belajar dari perbedaan budaya dapat menghasilkan perbincangan cikal - bakal rumusan yang kemudian dapat dijadikan dasar kebijakan dan program peningkatan inklusi bagi perempuan, pemuda, dan disabilitas. Beberapa pokok bahasan masalah inklusi keuangan yang dapat dipertimbangkan diantara lain.
Pertama pertemuan para pemimpin negara anggota G20 membuka ruang diskusi bagi Indonesia untuk memimpin diskusi inklusi keuangan bebas prasangka sexist dengan melihat rekam jejak Indonesia yang mampu memberikan Inklusi keuangan yang lebih baik pada perempuan pada bidang UMKM. Kemenkeu melalui publikasinya menyebutkan di Indonesia 53,76% pemilik UMKM perempuan dan 97% karyawanya juga merupakan perempuan, sebuah angka fantastis yang pasti akan menarik untuk diperbincangkan bersama dengan negara -- negara barat yang masih terikat budaya patriarki apalagi menimbang proyeksi kontribusi perempuan pada nilai tambah perekonomian global oleh McKinsey  mencapai US$12 Triliun pada tahun 2025.
Kedua adalah masalah literasi keuangan yang menjadi sorotan isu global untuk inklusi dan keuangan. Untuk Indonesia sendiri melalui Hasil riset OCBC NISP Financial Fitness Index memperoleh nilai rata rata hanya 37,72 dari 100, Â jauh dari angka sehat yang ditetapkan pada nilai 75. Indonesia dapat belajar dari negara -- negara anggota G20 dengan tingkat literasi yang lebih baik seperti Jepang, Korea selatan, maupun Inggris untuk menyusun rancangan strategi percepatan peningkatan literasi keuangan yang mampu menjangkau bahkan untuk disabilitas agar dapat meningkatkan peluang pemerataan dan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Terakhir adalah pemanfaatan teknologi digital dalam meningkatkan inklusi keuangan. Pada bulan Juni tahun 2022 Â pemerintah menjalin kerja sama dengan Grab, Emtek, dan Bukalapak untuk mengembangkan database dan pemudahan kredit bagi UMKM di Indonesia. Berkaca dari kerjasama tersebut Indonesia yang sektor usahanya 98.75% terdiri dari UMKMÂ dan Jepang yang sektor usahanya 99.7% terdiri dari UMKM dapat mendiskusikan bagaimana kemudian agar UMKM yang menopang kedua negara tersebut dapat ditingkatkan partisipasinya dalam e -- commerce masing -- masing negara, pasalnya hingga saat ini di Jepang tingkat partisipasi di e -- commerce masih 62% dari keseluruhan UMKM yang ada. Selain itu pemanfaatan teknologi juga diharapkan dapat menyelesaikan dua permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya baik peningkatan literasi keuangan bagi generasi muda dan disablilitas maupun upaya penyetaraan permudahan pembiayaan usaha bagi perempuan.
Akhir kata apakah inklusi keuangan merupakan sebuah peluang untuk bangkit bersama dengan memanfaatkan momentum G20 sebagai katalis pembentukan kebijakan dan program atau justru membawa Indonesia pada bencana beban pembiayaan keuangan yang menanti? Mari kita doakan yang terbaik bagi Indonesia dengan menunjukan optimisme dan terus berkontribusi memberikan opini dan pandangan melalui tulisan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H