Mari 'terbentur' agar 'terbentuk'.
Pernah dengar kata-kata itu kan? Apa sih kira-kira maknanya?
Sebagai seorang manusia, kita ditugaskan oleh Tuhan sebagai khalifah fil ardh yang artinya pemimpin di muka bumi ini. Sebelum kita memimpin orang lain, baik itu dalam tingkat keluarga, komunitas, organisasi (dari tingkat RT sampai dengan negeri), tentunya kita harus bisa tuk memimpin diri kita sendiri.
Untuk memimpin diri sendiri diperlukan ilmu. Ilmu bisa didapatkan dengan cara mengaji kepada dan hidup bersama tokoh (baik agama maupun profesional lain), membaca buku, belajar kepada alam (mendaki gunung, menyusuri pantai, dst) atau dari perjalanan yang akhirnya melahirkan suatu pengalaman.
...
Pada suatu ketika saat Kongkow Medika (berisikan Fahmi, Ghani, Faiq, Zahra, Hilya, Lala, dan Saya) sowan ke kediaman dr Hasto Wardoyo,Sp.OG. (bupati Kulon Progo), kita mendapatkan satu nasehat yang apik, "hidup itu bagai melipat-lipat kertas, mau kau bentuk seperti apa kertasmu itu terserah, yang pasti jangan takut terbentur (jatuh dan gagal) karna yang terbentur (jika mau terus berproses dan memperbaiki diri) lama kelamaan akan terbentuk".
Nasehat ini sering saya sampaikan ketika mendapat kesempatan untuk berbicara baik dalam forum formal maupun informal. Nasehat yang melecut diri untuk senantiasa berjuang lebih giat lagi, memperbaiki diri setiap waktu, dan makin percaya dengan slogan: 'No Sacrifice, No Victory!' atau bahasa Jawanya 'bersakit-sakit dahulu, bahagia kemudian'.
Berjuang harus dilandasi dengan niat baik agar ujungnya kita tidak jatuh kepada kesombongan ketika sedang berada di puncak. Perjuangan juga butuh efektifitas dan efisiensi (bukan bus loh ya) agar kita tidak kehilangan momen untuk menikmati hasil perjuangan itu sendiri. Maka dari itu, Bang Sandiaga Uno kemudian mepopulerkan slogan, 'Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas, Kerja Tuntas'.
Selain itu, perjuangan juga harus Fokus, karna hanya sedikit orang di dunia ini yang bisa multi talent, kalaupun kau pernah melihat bahwa ada seseorang 'kelihatan' bisa apa saja, sesungguhnya orang tersebut meraih hal-hal tersebut dengan fokus setahap demi setahap. Maka dari itu ada satu nasehat dari Bang Faldo Maldini (Mantan Ketua BEM UI 2012), bahwa "salah satu kunci untuk sukses adalah dengan fokus. Salah satu cara untuk fokus adalah berani berkata tidak pada hal-hal yang menurutmu tidak bermanfaat atau kamu sedang tidak menuju kesana".
...
Setelah sukses di rantau, jangan lupa untuk Pulang
Pulang tak harus dimaknai dengan fisik, pulang dapat pula dimaknai dengan pemikiran.
Saya tertohok oleh salah satu puisinya WS Rendra yang berjudul 'Seonggok Jagung'. Â Bait terakhirnya kurang lebih berbunyi,
Aku bertanya :
Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
Di tengah kenyataan persoalanya??
Apakah gunanya pendidikan
Bila hanya mendorong seseorang
Menjadi layang-layang di ibukota
Kikuk pulang ke daerahnya??
Apakah gunanya seseorang
Belajar filsafat,teknologi,ilmu kedokteran,atau apa saja.
Ketika ia pulang ke daerahnya,lalu berkata :
"disini aku merasa asing dan sepi"
...
Menjadi Orang yang Bermanfaat
Ibu saya selalu menasehati akan pentingnya menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Nasehat yang berasal dari hadis itulah yang kemudian menjadi pedoman dalam setiap langkah, Khoirunnas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Menjadi orang hebat itu penting, tapi jauh lebih penting lagi menjadi orang yang bermanfaat, karena biasanya orang hebat akan cenderung mengagungkan dirinya sendiri namun orang yang bermanfaat pasti akan selalu memikirkan kemaslahatan bersama.
...
Semoga kita semua senantiasa bersyukur dan memperbaiki diri untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik.
Tabik !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H