Ramadan hari pertama dan kedua telah terlewat, namun ada yg tidak terlewat dibenakku saat android berdering ada panggilan dari nomor greater Jakarta. Biasanya sih cuek aja, paling nawarin duit.hehe
Nomor itu kembali memanggil, akhirnya kuputuskan unyuk menjawab.Â
"Halo selamat siang"
"Selamat siang, apakah ini nomor bapak bla bla"
Lupa siapa yg dia sebut, dilanjutkan jawaban dia maaf salah sambung.
Alhamdulillah bukan penipuan. Teringat sebelum ramadan ada panggilan telpon dari seseorang yang tiba-tiba mengucapkan selamat anda mendapat hadiah ramadan.
"Alhamdulillah ya pak rejeki ngga kemana" jawabku
"Untuk mencairkan dana ibu silakan kirim nomor rekening ibu"
"Maaf ya pak saya ga hafal nomor rekening, nomor sepatu aja berubah-ubah"
Si bapak sabar banget ya jawab candaanku, iyalah ujungnya percakapan kami ialah aku surih transfer sejumlah uang. Aku pun menolak dengan lembut.
"Terima kasih bapak hadiahnya besok saja ya saya pikirkan, soalnya saya lagi kerja nanti saya ditegur bos. Selamat siang."
Langsung aku tutup panggilan telponnya tanpa berpikir panjang. Karena menurut teman dia pernah hampir mengikuti perintah untuk transfer uang untuk telpon tidak dikenal. Menurut dia jika ada kejahatan yang membawa nomor rekening lebih baik kita menghindar secepatnya.
Terkesan jahat kadang pelaku udah baik, lembut, nawarin dibalas dengan putus panggilan. Ada pembelajaran juga sih dari pelaku aku kadang pingin deh kaya dia yang sabar tetap nawarin meski udah ditolak dengan berbagai macam omongan dari yang sopan sampai kasar.
Namun, lagi-lagi tentang pilihan. Lebih baik sopan, lembut, baik tapi bukan penipu.
Semoga Ramadan ini kita dijauhkan dari kejahatan apapun dan belajar lebih jujur.
Selamat puasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H