Saatnya untuk Peduli

Selama tiga bulan ini rasanya semua manusia di muka bumi khususnya di Indonesia, lebih khusus lagi di Jakarta memiliki rutinitas yang berbeda 180 derajat. 

Berubah yang tadinya sering di luar rumah jadi terus berada di dalam rumah. 

Berubah yang tadinya tidak peduli dengan kebersihan menjadi sangat peduli dengan kebersihan. 

Berubah yang tadinya tidak terlalu dekat dengan Sang Maha Pencipta seketika mendekat kepada-Nya karena ngeri dengan dunia setelahnya. 

Berubah yang tadinya lebih asik dengan dunianya akhirnya melihat sekitar bahwa banyak yang tidak seberuntung dirinya. 

Semoga banyak yang betul betul merasakan ini. 

Kepedulian yang terus meruak memenuhi ibukota dan daerah lain semoga seluruh rakyat Indonesia benar-benar merasakan ini. 

Pernah ada yang berkata bahwa, tak penting merasakan bisa tapi sejauh apa kau bisa merasa? 

Lantas masih banyakkah orang-orang itu yang murni merasakan kebermanfaatan kemanusiaan yang terasa, membantu, menolong sesama. 

Bukan malah memanfaatkan kondisi untuk memperkaya diri sendiri, iya kalau cara yang dipakai adalah cara halal, namun jika tidak, hanya memanfaatkan kondisi bagaimanakah? 

Tidak, itu tidak ada di Negara kami. Negara kami dikenal dengan Negara yang ramah. Isinya orang-orang yang ramah kepada warga dan sesama. Semoga