Mohon tunggu...
Fajri Ramadhan
Fajri Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka makan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tingkat Komunikasi Kesehatan terhadap Keberhasilan Penyeluhan Kesehatan pada Kegiatan Rekruitmen Pendonor Darah

21 November 2024   20:30 Diperbarui: 21 November 2024   23:22 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Donor darah merupakan salah satu kegiatan kemanusiaan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan darah di berbagai fasilitas kesehatan. Namun, tantangan yang sering dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah minimnya jumlah pendonor. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya donor darah. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penyuluhan kesehatan yang disertai dengan komunikasi kesehatan yang efektif menjadi solusi strategis.

Pentingnya Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai berbagai aspek kesehatan, termasuk donor darah. Selain memberikan pengetahuan, penyuluhan ini bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat sehingga mereka lebih terbuka dan termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan donor darah.

Keberhasilan penyuluhan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi para penyuluh, khususnya di bidang teknologi bank darah. Komunikasi yang efektif, baik secara verbal maupun non-verbal, berperan besar dalam menyampaikan pesan-pesan penting yang mampu meningkatkan pemahaman masyarakat. Melalui pendekatan komunikasi yang baik, masyarakat dapat lebih memahami manfaat donor darah, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, sehingga tertarik untuk menjadi pendonor.

Peran Komunikasi Efektif dalam Rekrutmen Pendonor

Komunikasi kesehatan yang efektif adalah kunci keberhasilan rekrutmen pendonor darah. Penyuluh kesehatan harus mampu menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat serta menciptakan hubungan interpersonal yang positif dengan calon pendonor. Hal ini dapat membangun kepercayaan dan memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi.

Selain itu, komunikasi non-verbal, seperti bahasa tubuh yang ramah dan sikap yang bersahabat, juga berperan penting dalam menciptakan suasana yang nyaman bagi masyarakat. Pendekatan ini membantu masyarakat lebih mudah menerima informasi yang disampaikan dan mengarahkan mereka pada kesadaran diri tentang pentingnya donor darah.

Komunikasi efektif tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga memotivasi masyarakat untuk melakukan tindakan nyata, seperti menjaga pola makan sehat agar darah yang didonorkan memenuhi standar kesehatan, memahami lokasi pelaksanaan donor darah, serta menjadikan donor darah sebagai kebiasaan rutin.

Indikator Keberhasilan Penyuluhan

Keberhasilan penyuluhan kesehatan dalam rekrutmen pendonor darah dapat diukur melalui beberapa indikator, seperti:

  1. Peningkatan pemahaman masyarakat: Masyarakat memahami manfaat donor darah dan proses pelaksanaannya.
  2. Meningkatnya minat masyarakat: Masyarakat tertarik menjadi pendonor darah sukarela maupun pendonor darah tetap.
  3. Perubahan pola pikir: Masyarakat menyadari bahwa donor darah tidak hanya membantu sesama tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
  4. Perubahan perilaku: Masyarakat mulai menjaga pola makan dan asupan nutrisi agar darah yang dihasilkan sehat dan layak untuk didonorkan.

Rekrutmen pendonor darah yang berhasil tidak terlepas dari penyuluhan kesehatan yang dilakukan dengan komunikasi yang efektif. Penyuluh kesehatan memiliki peran strategis dalam membangun pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya donor darah. Dengan pendekatan yang tepat, komunikasi kesehatan mampu mengubah pola pikir masyarakat, meningkatkan partisipasi dalam kegiatan donor darah, dan mendukung terciptanya budaya donor darah yang berkesinambungan.

Melalui upaya ini, kebutuhan darah dapat terpenuhi, dan masyarakat dapat berkontribusi dalam menyelamatkan nyawa orang lain, sekaligus menjaga kesehatan diri sendiri.
 
Fajri Ramadhan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Aisyiyah

Refrensi

Yusriani, Yusriani. "Pendekatan Health Belief Model Dalam Komunikasi Interpersonal Tentang Protokol Kesehatan Antara Ibu Hamil dan Petugas Kesehatan." Journal of Muslim Community Health 2.4 (2021): 41-55.
https://repository.umi.ac.id/1972/1/695-Article%20Text-2900-1-10-20211013.pdf 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun