Mohon tunggu...
Fajrin Haerudin
Fajrin Haerudin Mohon Tunggu... Penulis - Pecinta Kopi

Kopi Biar Sehat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sindrom Bola Liar di Akhir Cerita Politik "Histori Pemilu Serentak 2019-2020"

14 April 2020   00:51 Diperbarui: 14 April 2020   00:59 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ibarat gigi taring" Tidak kelihatan tapi menyimpan kekuatan untuk mecabik kalau di gunakan,  riuh pendapat tentang kemenangan yang tidak tau itu kekuatan atau kelemahan.

"Kalau seperti pengibaratan di atas", kekuatan selalu terselip untuk mencabik kekuatan lain yang dianggap peluang baginya. menyebarkan pendapat kemenangan hanya taktik untuk mengubah mainstream pemikiran yang belum memiliki pilihan, kini tinggal H-9 jadi lihatlah peluang untuk menyalurkan kekuatan demi kemenangan.

politik kadang di deskripsikan sebagai penyaluran potensi-potensi kekuatan pada fenomena politik tertentu yang memberikan keuntungan, saya ingin berpendapat bahwa. "BOLA LIAR"atau suara tak bertuan masih banyak di setiap sudut zona politik para marketer calon dewan yang menunggu distribusi potensi kekuatan.

Kumandang adzanpun tidak pernah dihiraukan oleh para sales politik kalau perdebatan sudah dimulai, mungkin ada setan yang menggigit pikiran sehingga nurani tidak tergerak menuju panggilan sebagai hamba. perbincangan atas pembacaan-pembacaan hampa masih mengalir seakan seruan adzan yang berkumandang disetiap sudut telinga hanya gangguan penyaluran kekuatan, kenapa tidak ada penyelarasan antara takwa dan kekuatan. Kalau kekuatan politik masih dikumandangkan oleh para sales politik untuk menyaingi seruan adzan maka Tuhan akan memberi petaka, terlena karena kekuatan sendiri itulah yang akan terjadi ketika nurani kehambaan sudah masuk kufurnya kemilau dunia.

Tidak perlu retorika ketika akhir cerita menyapa, saya ingatkan kalau retorika hanya mengindahkan tahun politik di awal cerita jadi ketika berada di akhir cerita marketer politik harus mengerahkan sales politik-nya menyaluran potensi kekuatan untuk menjemput bola liar yang tidak menghamba terhadap tuan.


Berjuanglah karena itu menyangkut Pertarungan rasa malu dan perang strategi, tetapi Jangan sampai mendapatkan azab karena dosa terhadap adzan yang telah disaingi untuk menyerukan pendapat kemenangan dalam kontestasi politik. 

Terlalu ambisius akan hanya akan membuat kalian jatuh kedalam jurang kehampaan, saya ingin mengajukan pertanyaan kepa kalian yang rakus kekuasaan. Apa alat ilmiah yang mampu mengikat suara sehingga kita sangat berani berpendapat tentang kemenangan? Parameter analisis memang ada tapi tidak ada para politikus yang mengarah kesana kecuali hanya menyalurkan uang untuk membeli kepala. sedangkan varian politik seperti apa yang akan mampu mengalahkan "POLITIK CUACA" karena dalam politik cuaca semua orang berkepentingan untuk membaca cuaca, bahkan tukang bakso, tukang ojek, dan orang gila sekalipun.

Penekanan akhir dari saya!! hentikan perbincangan hampa dan kejar bola liar tidak bertuan. Karena itu akan membuatmu menuju kegilaan. Tapi tenang karena saya sudah menyiapkan SANGKAR KEGILAAN UNTUK YANG BERPOTENSI, sekian assalamualaikum.

DESA MONTA, 8 APRIL 2019
Fajrin Haerudin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun