Aku terjebak di ruang tak bernama. Kau menyebutnya cinta, tapi aku merasa asing di dalamnya. Matamu adalah labirin penuh misteri, tak ada peta, tak ada petunjuk, hanya aku dan tatapan yang membelenggu.
Saat pertama kali kita bertemu, aku melihat dunia dalam sorot matamu. Ada rindu yang tak pernah ku undang, hadir begitu saja, menelusup tanpa permisi. Tapi kini, rindu itu berubah menjadi duri, menghujam setiap langkah yang kuambil untuk keluar dari bayang-bayangmu.
Aku ingin pergi, tapi semakin jauh aku mencoba melangkah, semakin dalam aku terperangkap. Matamu adalah cermin yang memantulkan kelemahanku. Setiap tatapan itu adalah pengingat bahwa aku bukan siapa-siapa tanpa kau, tapi juga tak pernah menjadi siapa-siapa mu.
Di matamu, aku hanyalah nama yang terlupakan, cerita yang tak pernah selesai. Namun, di hatiku, kau adalah rahasia yang tak mampu ku ucapkan. Betapa ironisnya, mencintai seseorang yang tak pernah benar-benar bisa kugapai.
Aku tersesat di matamu, bukan karena aku ingin. Aku hanya tak tahu cara menemukan jalan pulang. Dan mungkin, aku tak benar-benar ingin kembali, meskipun luka ini terus menganga. Karena jika tersesat berarti bisa berada di dekatmu, maka biarlah aku hilang selamanya.
_ Beju, November 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H