Menurut Hume, keterbatasan ini ada karena manusia hanya bisa mengetahui apa yang dapat dialami melalui indera.Â
Locke juga demikian; ia mengibaratkan seperti orang yang baru dilahirkan, jiwanya (mind) keadaannya kosong, laksana kertas putih atau tabula rasa, yang belum ada tulisan di atasnya.²
Sementara dalam Q.S Al-Baqarah ayat 31, Allah S.W.T memberikan pengetahuan kepada Adam untuk melengkapi ketidaktahuannya.³
Jadi, dari penjelasan diatas, penulis berpendapat, meskipun ada anggapan lain tentang perbedaan dalam pendekatan sumber pengetahuan (empiris vs wahyu). Namun, disini penulis hanya mengkombinasikan atau menyamakan antara ilmu pengetahuan yang di konsepkan David Hume dan John Locke tentang teori empirisme, serta Q.S Al-Baqarah ayat 31 yang pengajaran Nabi Adam tentang benda-benda.Â
Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa manusia pada dasarnya tidak memiliki pengetahuan bawaan sejak ia dilahirkan. Sehingga manusia pun harus melalui suatu proses (pengalaman atau pengajaran) untuk dapat memahami atau mengetahui dunia dan alam semesta yang ada di sekitarnya.
Catatan Kaki:
1. Hume, David. An Enquiry Concerning Human Understanding. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2015, hlm. 45.
2. Locke, John. An Essay Concerning Human Understanding. Jakarta: Penerbit Media Abadi, 2018, hlm. 37.
3. Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: Penerbit Al-Qur'an Kemenag RI, 2016, Q.S. Al-Baqarah: 31.
Penulis: Fajrin BilontaloÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H