Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Gorontalo

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Roman

Melukis Retak di Langit Senja

12 Oktober 2024   06:01 Diperbarui: 12 Oktober 2024   06:21 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja itu tiba dengan wajah yang tak lagi utuh, seperti cermin yang pecah, memantulkan serpihan warna yang tak seindah dulu. 

Di langit yang merona, ada celah-celah hampa di antara sapuan jingganya, seakan alam mengisyaratkan bahwa sesuatu telah berubah. Seperti lukisan yang memudar, tiap goresan senja itu menggambarkan rasa yang tak tersampaikan.

Waktu merengkuh perlahan, namun di balik keindahan yang meluruh itu, ada luka yang mengintip. Setiap retakan di langit menjadi metafora dari hati yang tergores, sebuah harapan yang pernah ditanam di tepian cakrawala, kini terancam hilang dalam keheningan. Warna-warna lembut yang biasanya menghibur, kini terasa asing seperti lukisan yang tak selesai.

Namun, tangan ini masih menggenggam kuas, mencoba melukis ulang yang telah retak. Setiap garis yang ditarik mencoba menutupi celah, setiap warna yang diaduk berusaha mengembalikan kehangatan yang pernah ada. 

Adakalanya, yang retak tak perlu disembunyikan. Retakan itu sendiri adalah cerita, jejak yang mengajarkan bahwa keindahan tak selalu datang dari kesempurnaan.

Di hadapan senja yang tak lagi sama, lukisan ini tak akan sempurna. Tapi dari setiap retakannya, lahir sebuah narasi baru, tentang keberanian, tentang menerima luka, dan tentang bagaimana senja yang patah bisa tetap memancarkan keindahannya, meski dalam bentuk yang berbeda.

Setiap goresan itu akhirnya membentuk gambaran yang utuh, sebuah senja yang tak lagi sempurna, tapi justru indah dalam ketidaksempurnaannya.

Penulis: Fajrin Bilontalo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun