Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Gorontalo

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menjaga Sumpah, Menggapai Asa

8 Oktober 2024   01:12 Diperbarui: 8 Oktober 2024   06:25 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah riuhnya kehidupan, mahasiswa dan pemuda berdiri di garda terdepan, membawa harapan dan mimpi yang tak terbatas.

Sumpah yang terucap dalam hati mereka bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi merupakan janji suci untuk mengubah dunia. Dalam perjalanan panjang ini, mereka mengangkat "sumpah di atas sumpah," sebuah komitmen untuk tidak hanya belajar, tetapi juga mengabdi kepada masyarakat.

Setiap kali langkah kaki mereka menjejakkan diri di kampus, di sanalah terpatri berbagai harapan. Mereka berjanji untuk tidak hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga penyebar pengetahuan. 

Sumpah ini menjadi jembatan untuk mewujudkan visi dan misi yang lebih besar---memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan negara. Di setiap diskusi, seminar, dan organisasi yang diikuti, mereka belajar bahwa ilmu yang didapatkan harus diimbangi dengan tindakan nyata.

Namun, tantangan selalu menghampiri. Di tengah arus globalisasi, mahasiswa dan pemuda dihadapkan pada godaan untuk melupakan sumpah yang telah diikrarkan. 

Konsumerisme, materialisme, dan individualisme sering kali menjadi penghalang bagi semangat juang mereka. Namun, di sinilah letak keistimewaan pemuda; mereka memiliki kemampuan untuk bangkit dan bersatu, melawan arus yang membelenggu, sebagaimana yang dituliskan Tan Malaka dalam bukunya yang berjudul Madilog. Dalam buku tersebut, ia menulis: "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda."

Gerakan sosial yang dipelopori oleh mahasiswa menunjukkan bahwa sumpah di atas sumpah ini mampu menjadi kekuatan besar. Mereka menegakkan keadilan, memperjuangkan hak-hak masyarakat, dan mengawasi jalannya pemerintahan. 

Dalam setiap aksi demonstrasi, terucap kembali sumpah untuk melindungi nilai-nilai kemanusiaan. Sumpah ini tidak hanya berbicara tentang diri sendiri, tetapi juga tentang kepentingan orang banyak.

Di saat mereka berjuang untuk masa depan, mahasiswa dan pemuda juga belajar tentang tanggung jawab. Tanggung jawab tidak hanya kepada diri sendiri, tetapi juga kepada orang tua, lingkungan, dan bangsa. 

Dengan pemahaman ini, sumpah yang mereka pegang menjadi semakin kuat. Mereka berkomitmen untuk menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh orang-orang terkasih dan masyarakat.

Dan pada akhirnya, di atas semua ini, mahasiswa dan pemuda berusaha untuk mengukir prestasi. Setiap keberhasilan, baik di bidang akademik maupun non-akademik, merupakan bukti bahwa sumpah di atas sumpah bukanlah ilusi belaka. Melainkan, suatu kenyataan yang terus diupayakan dan diperjuangkan.

Dalam perjalanan ini, mereka menyadari bahwa tujuan akhir bukanlah sekadar mendapatkan gelar, tetapi menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan bagi bangsa. Sumpah di atas sumpah menjadi pengingat bahwa mereka adalah harapan, bukan hanya bagi diri mereka sendiri, tetapi untuk masa depan yang lebih cerah.

Dengan semangat yang tak pernah padam, mahasiswa dan pemuda terus melangkah, meneguhkan sumpah mereka di atas sumpah, demi mewujudkan cita-cita bersama.

Penulis: Fajrin Bilontalo 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun