Perjalanan di jalur kanan memang berat. Setiap langkah terasa seperti ujian. Batu-batu besar dan tanjakan curam membuat kami harus berhenti berkali-kali. Namun, di balik setiap rintangan, aku dan sahabatku semakin menyadari bahwa jalur ini memberikan kami kekuatan dan ketahanan yang tak kami duga sebelumnya. Kami saling membantu saat salah satu tergelincir, dan di setiap hambatan, persahabatan kami semakin erat.
Sementara itu, orang yang memilih jalan kiri awalnya merasa sangat puas. Jalan yang ia pilih begitu teduh dan nyaman. Namun, seiring waktu, jalan itu semakin sempit dan gelap. Pepohonan di sekelilingnya mulai menutup rapat, hingga akhirnya ia tersesat di dalam hutan yang penuh dengan belukar. Tak ada jalan keluar, dan tak ada kawan yang menolong.
Di akhir perjalanan, aku dan sahabatku tiba di puncak bukit. Dari sana, kami bisa melihat matahari terbenam dengan begitu indah, memberikan perasaan lega dan bahagia. Kami tahu, keputusan untuk mengambil jalan yang sulit telah membawa kami ke tempat yang lebih baik.
"Kau benar," kata sahabatku sambil tersenyum. "Kadang, jalan yang sulit justru membawa kita ke tujuan yang sesungguhnya."
Aku mengangguk. "Dan di setiap persimpangan, kita juga belajar siapa kawan sejati dan siapa yang hanya menjadi lawan di balik senyum. Perjalanan ini membuktikannya."
Pilihan bukan hanya soal kemana kita pergi, tapi juga tentang siapa yang menemani kita dalam perjalanan.
Penulis: Fajrin BilontaloÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H