Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Gorontalo

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Z di Persimpangan, Memaknai Kesaktian Pancasila Era Modern

1 Oktober 2024   20:11 Diperbarui: 1 Oktober 2024   20:13 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Beju

Di suatu malam yang dibalut derasnya hujan, kedai kopi di sudut Kabupaten Gorontalo menjadi tempat yang tidak hanya nyaman untuk menyeruput secangkir kopi hangat, tapi juga menyimpan percakapan-percakapan bermakna. 

Malam itu, dua pemuda duduk di pojok kedai, asyik berdiskusi. Di balik suara gemericik hujan yang memecah keheningan, pembicaraan mereka berkutat pada dua hal, yaitu Kesaktian Pancasila dan peran Generasi Z di era modern.

Salah satu dari mereka memulai percakapan dengan mengungkapkan pandangannya tentang makna "Kesaktian Pancasila". 

Bagi generasi sebelumnya, Pancasila adalah tameng bangsa, ideologi yang menyatukan Indonesia di tengah-tengah beragam ancaman yang mencoba menggoyang keutuhan negara. 

Ia mengingatkan bahwa 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila, mengacu pada momen penting sejarah di mana Pancasila berhasil mengatasi ancaman ideologi lain, terutama saat tragedi G30S yang membekas dalam sejarah bangsa.

Namun, di tengah zaman yang semakin digital dan global, ia bertanya, apakah generasi muda---Generasi Z---masih melihat Pancasila sebagai sesuatu yang relevan? Ataukah itu sekadar lambang yang jarang mereka pahami?

Pemuda yang lain menyimak dengan saksama, kemudian angkat bicara. Baginya, Generasi Z memiliki tantangan yang sangat berbeda. Di zaman di mana teknologi mendominasi, akses informasi terbuka lebar, dan globalisasi mengaburkan batas-batas nasional, Pancasila kadang terpinggirkan oleh arus budaya dan pengaruh asing.

Namun, bukan berarti Generasi Z tidak peduli. "Kami hanya butuh cara baru untuk memahami dan menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila," ujarnya dengan penuh semangat. 

Ia menjelaskan bahwa media sosial, inovasi digital, dan kreativitas anak muda bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk mengajak Generasi Z kembali mengapresiasi Pancasila.

Diskusi mereka semakin intens ketika membicarakan peran pendidikan dan pemerintah. Keduanya sepakat bahwa kurikulum yang lebih inklusif dan dinamis, serta kegiatan yang melibatkan partisipasi anak muda dalam mengenal Pancasila lebih dekat, adalah kunci untuk memastikan bahwa ideologi bangsa ini tetap hidup dan dihayati, bukan hanya oleh mereka yang hidup di masa lalu, tetapi juga oleh generasi sekarang dan yang akan datang.

Percakapan itu mungkin hanya sepotong kecil dari diskusi yang lebih besar di kalangan anak muda di seluruh Indonesia. Namun, di tengah derasnya hujan malam itu, di sebuah kedai kopi kecil di Gorontalo, dua pemuda telah membuka ruang untuk merefleksi bagaimana Pancasila bisa terus sakti di era modern? Apakah generasi muda siap memegang tongkat estafet dan menjaga nilai-nilai yang membangun bangsa ini?

Dengan senyum penuh optimisme, keduanya menyudahi diskusi mereka. "Kesaktian Pancasila bukan hanya soal sejarah masa lalu, tetapi bagaimana kita, sebagai generasi penerus, menjaga dan menghidupkan nilai-nilai itu di dunia yang terus berubah," kata salah seorang pemuda sebelum beranjak pergi, meninggalkan kedai kopi yang masih bergema dengan suara hujan.

Penulis: Fajrin Bilontalo 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun