Mohon tunggu...
Fajrin Bilontalo
Fajrin Bilontalo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Roman

Nanti Saya Panggilkan Kau Rabiah Al-Adawiyah

27 Mei 2024   03:03 Diperbarui: 27 Mei 2024   03:39 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini saya hanya ingin membagikan tulisan ini dengan sebuah curhat dari perempuan yang bekerja sebagai pemandu karaoke (LC).

Suatu malam saya duduk bersama perempuan tersebut, ia bercerita ingin sekali meninggal dunianya. Namun, perempuan itu malu karena jika nanti orang-orang akan menceritakan dan mengingatnya akan dirinya yang pernah bekerja sebagai LC. 

Sontak, saat itu tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun selain diam, karena saya hanya berfikir bahwa yang curhat pasti butuh pendengar bukan penasehat, di sisi lain juga saya bukan orang pandai atau mahir menasehati orang lain, apalagi sebagai motivator. Sehingga, saya membagikan kisah ini kepada teman-teman terutama kepada LC tersebut. 

Maaf saya hanya bisa membagikan kisah ini melalui tulisan, karena saya teringat akan kisah Rabiah al-Adawiyah saat LC itu curhat kepada saya malam itu.

Dan semoga saja tulisan ini bisa bermanfaat untuk kita semua, terutama saya sendiri. Sebab, apa yang terucap akan berlalu bersama angin, tapi apa yang dituliskan maka ia akan abadi. Demikian juga apa yang diingatkan akan hilang bersama lupa.

Mungkin kita sudah pernah dengar ataupun membaca sosok perempuan yang bernama Rabiah al-Adawiyah.

Dimana, Rabiah al-Adawiyah adalah perempuan yang dikenal dengan kesufiannya serta gelora cintanya kepada Tuhan.

Kisah-kisahnya mudah sekali kita temukan, baik dari di buku-buku yang menuliskan tentang spiritualitas maupun buku-buju syair romansa spiritual sampai dengan kajian-kajian teologi.

Dikisahkan, Rabiah al-Adawiyah adalah perempuan cerdas dan paham agama, bahkan pada usia yang masih belia, ia sudah menghafal Al-Qur'an, dan Rabiah juga memiliki tiga saudari.

Kedua orang tuanya meninggal saat Rabiah beranjak remaja, saat itu tanah kelahirannya (Basrah) dilanda paceklik luar biasa. Sehingga, keadaan itu memaksa Rabiah dan tiga saudarinya berpisah untuk mencari sesuatu demi mengganjal perut.

Mulai dari sinilah Rabiah memasuki babak baru dalam kehidupannya. Ia kemudian terjerat jejaring perbudakan setelah sebelumnya berada dalam kekuasaan seorang saudagar yang lalu menjualnya di pasar budak.

Dalam perjalanan hidup baru ini, banyak penulis buku tentang kisah-kisah Rabiah al-Adawiyah, melukiskan bahwa Rabiah merupakan sosok perempuan cantik, memiliki suara merdu dan mahir memainkan seruling.

Dengan kelebihannya itu, majikan Rabiah menugaskan untuk menghibur sahabat-sahabat majikannya. Padahal Rabiah al-Adawiyah sendiri merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Menimbang bahwa ia telah menghafal Al-Qur'an semenjak remaja. Jiwanya pun sudah tentu telah terkondisikan untuk selalu mengingat dan merindukan akan Allah. Seberapa dalam ia terlelap dalam dekapan dunia gelap, ada saatnya ketua ia merindukan masa-masa indah itu kembali.

Jiwanya menggugat apa yang telah hilang dari dirinya selama ini. Bagaimana tidak? Rabiah tumbuh kembang dalam rahim keluarga yang sangat bersahaja. Ia terbiasa bersandar kepada yang Mahakuasa. Kedua orang tuanya seorang ahli ibadah dan pecinta keagungan-Nya. Masa kecil yang demikian pastilah menanam kesan mendalam pada siapapun. Tidak seorangpun dapat menolak kecenderungan demikian. Jika pun mampu menolaknya, pada saatnya kenangan tersebut pasti akan menariknya kembali.

Banyak orang yang bersimpati kepada Rabiah, gadis muda yang kecantikannya begitu tersohor, merdu suaranya, dan begitu mahir memainkan seruling.

Lalu kemudian, Rabiah memutuskan meninggalkan kemewahan dunia gelap itu. Istana dan juga vila majikanya ia tinggal, demi mempersembahkan cintanya hanya kepada tuhan semata. Ia ingin bernyanyi dan menari kepada-Nya, menghamba kepada-Nya dengan sepenuh jiwa, dan menyaksikan bahwa yang ada di dunia hanyalah percikkan cahaya-Nya saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun