Mohon tunggu...
Politik

Cerita Prabowo ke Rosi: Politik Identitas, Leadership, dan keadilan

5 Oktober 2018   17:19 Diperbarui: 5 Oktober 2018   17:34 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
orangindonesiabahagia.blogspot.com

Dialog malam itu diawali dengan sebuah kesejukan. Sebuah bukti kenegarawanan yang mahal saat ini. Sikap yang langka dan banyak ditinggalkan pemuka dinegeri kita. Saat Rosiana Silalahi mengapresiasi tindakan apresiatif pak Prabowo. Pak Prabowo mengapresiasi kinerja pemerintah dan mendukung penanganan Palu. Ditanya mengapa mengapresiasi ini penting, jawaban calon presiden ke delapan Republik Indonesia ini adalah bila sudah menyangkut negara dan rakyat dalam keaddaan susah dan terancam, memang sudah seharusnya bersatu. Siapapun pemimpin dan pemerintahnya harus bersatu dan didukung. Jadi itu sikap kami, kata pak Prabowo.

Kemudian dari dialog menyenangkan yang dilakukan Pak Prabowo dengan mbak Rosi tadi malam di kediaman beliau bisa disaksikan bagaiamana demokrasi kita dapat jalankan dan nikmati dalam proses berbangsa. Berkali-kali saya tulis bagaimana pak Prabowo selalu mengajak untuk menjaga kesejukan dalam berdemokrasi terlebih di waktu-waktu kita menuju pergantian pemimpin yang memang sudah seharusnya.

Yang paling menarik buat aku adalah bagaimana pak Prabowo memaknai isu politik identitas yang bagi sebagian orang dijadikan cara memecah dan mengambil keuntungan sendiri. Secara tegas beliau sampaikan bahwa dia tidak akan menyodor-nyodorkan politik idenitas. Bahwa faktanya beliau adalah seorang muslim yang dekat dengan para ulama itu adalah hal yang normal. 

Bahwa para ulama menyatakan dukungan pada Prabowo-Sandi melalui ijtima adalah proses politik yang wajar. Menarik saat Pak Prabowo menyatakan dengan santai selain dari komunitas pemuka agama muslim, beliau juga didukung kaum buruh, para dokter, perawat, tenaga medis dan banyak orang dari kelompok-kelompok lain, buat aku ini jadi penetapan logika yang masuk akal apa bedanya dengan para ulama tadi. Bedanya kata pak Prabowo sih ramai-ramainya dimedia saja. Menurut aku Mungkin media memilah-milah atau diminta untuk sengaja memilih untuk kepentingan siapa kan kita ga tau.

Sama halnya seperti perbedaan porsi exposure antara pertemuan pak Prabowo dengan ulama dengan pertemuan beliau bersama 60 tokoh khatolik di kediamannya, dengan 300 pendeta protestan di hambalang. Buat seorang leader sekelas pak prabowo bukan gayanya mengotak-ngotak saudara-saudara sebangsanya. Beliau adalah pensiunan TNI berprestasi yang sudah teruji bagaiamana kebinakeaan jadi tabiat asli nya sebagai putera bangsa.

Bahwa framing jahat bila seseorang muslim dekat dan intens dengan tokoh agamanya akan tidak friendly dengan orang dari agama lain. Seperti my personal experience, karena dikalangan pertemanan aku dikenal sebagai pengagum dan pendukung pak Prabowo, beberapa teman yang bukan muslim nanya di DM, WA dkk apakah benar desas desus yang beredar kalau pak Prabowo adalah sosok yang anti dengan agama lain, bila jadi presiden akan tidak berpihak dengan saudara-saudara kita non muslim? Ini benar-benar sudah sering aku dengar, maka senang sekali pada teman-teman yang mau ngobrol dan nanya soal ini. Jawabanyya sudah ada di paragraph diatas. 

Tapi pada teman-teman aku sampaikan bahwa pak Prabowo adalah seorang Purnawirawan Danjen Kopasus, seorang patriot sejati sudah mengalir didalam darahnya kebhinekaan yang sejati adalah harta paling berharga bagi kita Indonesia. Bahwa adalah tanpa alasan untuk menuduhkan hal itu, sederhananya aku send picture aja, sebuah tangkapan moment saat upacara kemerdekaan 17 agustus lalu. Diphoto itu ada pak Prabowo, bang sandi, bu Rachmawati dan beberapa tokoh lain, mereka sedang berdoa seraya menegadahkan tangan, diujung barisan itu satu orang bedoa melipat jari, bagaimana seorang protestan bedoa, dia adalah adik kandung dari pak Prabowo. Aku ga harus menjelaskan lagi, semua sudah terjawab.

Bangga ketika pak Prabowo juga dengan tegas menyatakan beliau adalah muslim yang dekat dengan para ulama dan menyuarakan Islam yang mereka Imani adalah islam yang Rahmatan lil'alamin. Rahmat bahi sekalian alam. Bahwa seorang muslim sejati adalah yang memperjuangkan keadilan. Jangankan sesama manusia seluruh alam harus dijaga. Beginilah Pancasila itu diresapi dan mengalir dalam darah. Sebenarnya kita sebagai Indonesia sudah tak perlu diajarkan bertoleransi, bahwa itu sudah ada dalam darah kita dan ideology kita memang mengamanatkan itu.

Bangga akan identitas dan kearifan yang kita punya dari masing-masing suku, agama, kelompok dan ras adalah hal yang biasa. Bahwa kita memilih berdasarkan kedekatan identitas adalah juga hal yang biasa. Tidak ada yang salah. Bahwa bagi kaum muslim diperintahkan untuk memilih pemimimpin yang juga  muslim adalah hal yang juga biasa dalam berdemokrasi, sah dan dilindungi. Memilih yang bukan berdasarkan kedekatan identitas juga adalah hal yang biasa.

Ini semua akan berjalan baik dengan satu kata kunci, leadership. Semua itu terhantung pemimpin. There are no bad soldiers, only bad commander. Tidak ada rakyat yang ekstrim dan tidak ada rakyat yang panas kalau pemimpinnya tidak panas. Itu kenapa kearifan pemimpin dan elite sangat penting untuk memberi sejukan. Bila ada suatu lapisan yang tidak bijak, tidak arif ini yang berbahaya.

Politik identitas disebut pak Prabowo bisa dibawa kearah yang baik atau yang tidak. Tergantung pemimpinnya. Apakah berpikir baik dan positif. Sebagai contoh beliau sampaikan, system politik-ekonomi yang adil. Kajian empiris dideluruh dunia , semua negara yang berhasil itu yang memliki keadila. Bila Indonesia dalam keadaan yang adil, semua suku, agama, ras, kelompok etnis menikmati. Keyakinan nya kalau semua orang sejahtera potensi konflik, iri, gesekan dan meledak itu berkurang.

Namun kalau banyak orang miskin, tidak cukup air bersih, tidak cukup protein, anak mereka stunting growth, tidak cukup untuk beli makanan, bagaiaman dia bisa merasa negara telah mengayomi. Giliran ada orang datang menghasut bahwa sukunya, agamanya, etnisnya tdak diurus maka dia akan percaya. Dalam kemelaratan dan penderitaan dan dalam kondisi lapar orang mudah dihasut dan jadi irasional.

Maka dengan identitas yang dimiliki bangsa ini, tidak akan terjadi gesekan apapun dengan kepemimpinan yang kuat dan tahu harus apa. Demi terciptanya keadilan dan kemamuran yang merata. Sederhananya bukan pemandangan baru kok buat kita saat seorang muslimah berkerudung syar'i berjalan bergandengan dengan seorang biarawati. Saat dua orang biarawati motornya dibantu perbaiki oleh dua orang berpakaian santri. Memang begitulah Indonesia. Bahwa menggadang-gadang intoleransi dan mengaku paling toleran, menuduh orang anti dan mengumumkan dia paling Pancasila adalah cara yang biasa dipakai nenek moyang gerombolan yang anti Pancasila sebanarnya, gerombolan PKI.  Bukan Indonesia, bukaan identitas kita.

Semua sangat sederhana. Kita sudah punya dan memang menjalankan hal baik itu sejak dulu dan kenapa kita masih bisa saling merangkul. Tapi agar percobaan yang sedang dilancarkan untuk memecah belah itu demi mengeruk keuntungan dari negeri kita harus kita hentikan dengan memilih leader yang tidak bersentuhan dengan upaya dan kejahatan itu.  dan yang dibutuhkan dari seorang pemimpin bukan sekedar kesederhanaan. Bahwa kesederhanaan yang dipoles-poles kini terbukti menyengsarakan.

Seperti candaan pak Prabowo kepada mbak rosi saat sedang dalam segmen quick question,''pilih dua ya, saya plih dua''. Aku? Kalian? Pilih dua juga.

Yes... TGIF...

Happy weekend Happy People...

SPREAD LOVE

2019 PRABOWO PRESIDEN

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun