Tempatnya gelap
Tempatnya redup
Tempatnya sunyi
Tempatnya riuh
Suara berdentum, cahaya menyilau
Rekam peristiwa dalam cerita
Semua duduk searah
Semua melihat setitik
Aku menaiki tangga yang bercahaya kecil
Aku pilih untuk tidak terlalu tinggi
Aku plih untuk tidak terlampau rendah
Aku tiba, duduk lalu besandar
Lama aku menunggu ini tiba
Luang waktu ini sudah kususun lama
Sebuah karya rekam cerita
Sandiwara anak manusia
Kisahnya belum dimulai
Satu demi satu disekelilingku orang menuju
Macam-macam rupa mereka
Macam-macam raut wajahnya
Cahaya datang dan pergi
Suara gema dan redam
Kisah nya belum dimulai
Kisah lain memberi petunjuk
Aku bersiap
Mereka juga tak sabar
Kami tak saling kenal
Tapi datang untuk satu tatap
Oh bentangan luas dihadapan
Oh dinding yang mengeluarkan suara
Mendadak kau menyulitkan nyaman
Mendadak kau merusak rasa
Mengapa harus, mengapa demikian
Tidak kah kau tahu waktu itu beharga
Tidak kah kau tahu mata dan telinga kami datang untuk dimanja
Oh mengapa...
Pergilah saja engkau wahai gambar itu
Diamlah saja engkau suara itu
Kami menyisihkan pundi kami untuk bahagia
Tapi kau renggut saat kami menati dimulai sandiwara
Bukan sandiwara ini yang kami ingin
Bukankah kau adalah lebih baik nyata saja
Sudahlah
Sudahlah
Bukan karena ku tak akan memilih mu
Bukan karena kua tak mudah kau tipu
tapi ini soal rasa dan seleraku
soal rasa dan payahnya orang-orang mu
aku bukan tak memuji berhasil mu
aku tidak diajarkan bapak bangsaku untuk begitu
tapi aku tahu apa mau mu
tapi aku tahu ada jalan lain untuk kau berlaku
cukuplah
seleaikanlah
hentikan pariwaramu itu
cukuplah para pemadu sorak mu para penguasa siaran saja
wahai tuan penggunting pita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H