Mohon tunggu...
Puisi

Pariwara Gunting Pita

13 September 2018   18:33 Diperbarui: 13 September 2018   18:38 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tempatnya gelap

Tempatnya redup

Tempatnya sunyi

Tempatnya riuh

Suara berdentum, cahaya menyilau

Rekam peristiwa dalam cerita

Semua duduk searah

Semua melihat setitik

Aku menaiki tangga yang bercahaya kecil

Aku pilih untuk tidak terlalu tinggi

Aku plih untuk tidak terlampau rendah

Aku tiba, duduk lalu besandar

Lama aku menunggu ini tiba

Luang waktu ini sudah kususun lama

Sebuah karya rekam cerita

Sandiwara anak manusia

Kisahnya belum dimulai

Satu demi satu disekelilingku orang menuju

Macam-macam rupa mereka

Macam-macam raut wajahnya

Cahaya datang dan pergi

Suara gema dan redam

Kisah nya belum dimulai

Kisah lain memberi petunjuk

Aku bersiap

Mereka juga tak sabar

Kami tak saling kenal

Tapi datang untuk satu tatap

Oh bentangan luas dihadapan

Oh dinding yang mengeluarkan suara

Mendadak kau menyulitkan nyaman

Mendadak kau merusak rasa

Mengapa harus, mengapa demikian

Tidak kah kau tahu waktu itu beharga

Tidak kah kau tahu mata dan telinga kami datang untuk dimanja

Oh mengapa...

Pergilah saja engkau wahai gambar itu

Diamlah saja engkau suara itu

Kami menyisihkan pundi kami untuk bahagia

Tapi kau renggut saat kami menati dimulai sandiwara

Bukan sandiwara ini yang kami ingin

Bukankah kau adalah lebih baik nyata saja

Sudahlah

Sudahlah

Bukan karena ku tak akan memilih mu

Bukan karena kua tak mudah kau tipu

tapi ini soal rasa dan seleraku

soal rasa dan payahnya orang-orang mu

aku bukan tak memuji berhasil mu

aku tidak diajarkan bapak bangsaku untuk begitu

tapi aku tahu apa mau mu

tapi aku tahu ada jalan lain untuk kau berlaku

cukuplah

seleaikanlah

hentikan pariwaramu itu

cukuplah para pemadu sorak mu para penguasa siaran saja

wahai tuan penggunting pita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun