Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Prabowo: Jawab dengan Kebaikan

6 Agustus 2018   18:10 Diperbarui: 6 Agustus 2018   18:19 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Happy Monday happy people...

Disaat bangsa lain sedang sibuk memutahkirkan teknologi untuk penerbangan luar angkasa, penadaratan mars dan wisata kebulan, kita masih disibukkan dengan adu argument siapa yang paling Pancasila dan paling toleran.  Mudah sekali orang-orang melabeli orang lain dengan sebutan radikal. 

Satu kelompok tertentu sudah pasti radikal bila mereka berpegang pada aturan kelompok mereka namun tidak sesuai dengan atau berbeda arah dukungan terhadap kelompok yang merasa paling suci. Bila memang radikalisme itu sebanyak itu kini, dikatakan radikalisme akan tumbuh bila tidak tercipta keadilan disuatu negara. Hati-hati, bisa jadi memang begitu adanya, ada kelompok atau kaum yang merasa mulai tidak menikmati keadilan ditanahnya sendiri atas gagalnya penguasa menepati janji atau separah dengan sengaja melakukannya.

Dalam keadaan tertentu, radikalisme adalah image yang diciptakan saat pemerintah merasa kalah pada persatuan umat. People power, saat kelompok yang dengan tegas menyuarakan kebenaran dan menolak cengeng dengan menjadi pemadu sorak gerombolan pemain peran yang terbukti gagal dan selalu dengan santai berkelit setelah ketahuan. Sekacau itu bila kita mau berhadapan langsung pada realita dan tidak berlindung dibalik tirai nyamannya kita sendiri saja dan pura-pura tidak terjadi apa-apa. Tapi nanti paling dulu berteriak memaki bila runtuh itu terjadi.

Dimana kesejukan? Dimana rasa aman? Dimana DNA kekeluargaan kita yang sudah sejak bangsa ini berjuang bersama untuk merdeka, sudah sealamiah itu karena memang kita Indonesia. Bagaimana kini didunia maya kita dengan mudah membenci dan menyakiti. Apa yang sedang terjadi disini? Ditanah kita?

Dengan keredendahan hati aku mengajak kalian yang baik dan memiliki semangat bahwa bangsa ini harus lah bergembira menatap masa depannya untuk melihat video ini, official lyric video dari sebuah lagu yang ditulis sendiri oleh penyanyinya. Nyawa dan harapan:

Disuatu acara raisa pernah menyampaikan inspirsinya menulis itu. Melihat kondisi kenapa sih kalau ngedukung yang satu harus menjatuhkan yang satu lagi. Ga usah gitu lagi. Ga ada untungnya. Karna itu Cuma bikin kita kehabisan waktu. Kehabisan waktu ngata-ngatain orang. Dia juga bilang banyak hal positif lain yang bisa kita lakukan selain bikin membenci orang itu adalah sebuah trend. Dia tegaskan gini, ini bukan tentang siapapun, tapi tentang kita sendiri, tentang kita semua.

Ini bagus banget buat meng-cooling down aku secara emosional. Jujur aku adalah orang yang gampang marah apalagi soal antek-antek yang udah makin terang-terangan jadi kaki tangan mereka yang ga mau kita jadi negara maju. Baca juga tulisan ku: But I Can Not Be Your Peon! betapa geramnya untuk berkomentar dan mengajak orang heiiiii lihat ini yang terjadi, dengan amarah. Tapi sadar ga sadar itu bikin capek. Harus menghasilkan positif vibes kalo bisa buat apa aja yang kita lakuin, bahkan dengan kondisi negative yang dirasain aja Raisa bisa bikin karya buat jadi pengingat kita sama-sama kalau kita semua harus sadar duluan jangan entar jadinya menyesal, dan Raisa berhasil di aku.

Dari situ aku belajar bagaimana kecerdasan dan kematangan adalah modal besar dalam bertindak. Harapan kita semua apaapun proses yang harus kita lewati dalam bernegara adalah dalam keadaan yang membahagiakan. Aku Cuma khawatir sekali salah langkah, kita menyesal dikemudan hari. Kita harus sepemikiran bahwa kita adalah keluarga besar nusantara yang beradab.

Bila saling membenci terasa nyaman, saling menyakiti terlihat wajar sudah benar jadi DNA baru bangsa kita. Menyesal adalah ending yang sudah pasti. Bahkan dalam kematangan kita bermain diksi baik berbicara dihadapan teman, berpidato, ber-sosmed, dan banyak lagi. Kita dituntut jadi makhluk yang benar-benar tidak mengkhianati berkah tuhan yaitu berpikir. Bahwa bangsa ini mulai ingin dipecah lewat hal-hal paling sederhana bahkan. 

Bagaimana kita berkubu-kubu untuk saling serang. Bahwa perbedaan adalah bukan barang baru dinegara kita ini dan kita sejauh ini berhasil bergandung tangan dan masih utuh sebagai bangsa coba di preteli. Ingat lagi, untuk mendukung yang satu kita ga harus menjatuhkan yang satunya. Bila kita yakin kita memihak yang benar kenapa panik saat ada yang lain juga yakin dengan pilihan mereka. Memahami pola penghancuran yang sedang dijalankan memang tidak mudah, rumit dan butuh ketenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun