Mohon tunggu...
Nurfajri Budi Nugroho
Nurfajri Budi Nugroho Mohon Tunggu... -

Pernyuka isu-isu politik, ekonomi, dan hubungan internasional | www.papapuan.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Foke Vs Jokowi, di Mana Pelanduk?

19 September 2012   17:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:13 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_199864" align="aligncenter" width="658" caption="Foto: tribunenews.com"][/caption] Hiruk pikuk putaran kedua Pilkada DKI Jakarta menasional. Fauzi Bowo, Joko Widodo, Nachrowi Ramli, dan Basuki T Purnama tak henti-henti menjadi pembicaraan, setidaknya sejak putaran pertama Juli lalu. Jika biasanya pembicaraan tentang pemilihan calon kepala daerah hanya terjadi di wilayah pesta digelar, berbeda dengan yang terjadi di Jakarta. Warga Aceh hingga Papua ikut berceloteh. Semua orang menjadi komentator politik. Muncullah relawan-relawan dadakan. Ketegangan terjadi di berbagai ruang komunikasi, tak hanya di alam nyata. Beberapa grup Blackberry Messenger (BBM) yang saya ikuti, misalnya, meributkan pesta demokrasi ibu kota ini. Ada yang pro Foke, ada yang mati-matian membela Jokowi. Ada yang mengumbar aib Basuki Purnama alias Ahok, ada pula yang mengolok-olok Nachrowi Ramli. Belum lagi keributan di milis-milis atau pada diskusi-diskusi ringan pertemanan. Seakan-akan perang Baratayudha akan pecah pada tanggal 20 September 2012. Bahkan ada pengamat politik yang menulis opini di sebuah harian nasional dengan judul "G20S/DKI". Mungkin dia menganggap revolusi besar akan terjadi di ibu kota pada tanggal 20 itu. Respons publik yang menasional itu wajar saja. Jakarta adalah ibu kota negara. Kota ini menjadi barometer politik dan ekonomi nasional. Jakarta diisi beragam manusia dari berbagai etnis. Kota yang dahulu bernama Sunda Kelapa ini juga menampung banyak kepentingan. Komentar-komentar publik sebenarnya juga tak lepas dari kerinduan terhadap sosok pemimpin daerah yang bersih sekaligus memiliki kapabilitas yang oke. Sosok semacam itu rasanya semakin langka ditemui, jika kita mengacu pada angka ratusan kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi. Saya tidak hendak menyebut baik Foke atau Jokowi adalah kandidat yang sempurna. Kalau soal itu nanti dulu. Butuh analisis data yang mendalam. Tak hanya mengandalkan celoteh para pengamat atau pemberitaan sarat kepentingan di media massa. Saya hanya berharap, siapapun yang menang menjadi gubernur di Jakarta bisa mewujudkan harapan warganya, juga harapan masyarakat di seluruh Tanah Air. Yang lebih penting, jangan sampai ketegangan yang terjadi sepanjang proses menuju 20 September masih berlanjut di kemudian hari. Nyawa anak bangsa ini terlalu mahal untuk dikorbankan hanya untuk membela calon-calonnya yang bertarung. Sebagaimana kata peribahasa: "gajah bertarung, pelanduk mati di tengah". Atau dalam peribahasa versi saya: "gajah bertarung, pelanduk ikut bertarung". Sebab siapapun yang mati, burung nazarlah yang akan menikmati bangkainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun