Makan saat megengan bersama di mushola dengan beralaskan daun pisang memiliki simbol seperti ,
*harus dinikmati oleh banyak orang secara beramai-ramai, dalam waktu yang bersamaan, dalam satu tempat yang sama, dan dalam hidangan yang sama. Dari kata bersama-sama dengan berbarengan, dari kebersamaan itu akan lebih terasa jalinan kekeluargaannya (sekalipun bukan keluarga sedarah, keluarga dekat), namun akan semakin intim jalinan pertemanannya. Dalam islam kebersamaan tidak ada perbedaan. Perasaan menyatu pun akan semakin terasa kuat
* megengan sendiri berarti acara peringatan sukuran menyambut ramadhan, Â nasi yang dimakan bersama beramai-ramai untuk dinikmati sekampung dengan rasa syukur karena telah jumpa bulan berkah maka harus di nikmati bersama keluarga besar, ada pula yang menikmati bersama teman, kawan, komunitas, squad, genk, partner, atau seluruh orang desa.
*Nasi keroyokan dinikmati dengan beralaskan daun pisang yang panjang dan lebar. Terkadang dalam resto, cafe atau tempat makan mewah dan elit disediakan piring yang terkesan dengan penampilan cantik, elegan dan unik. Tak jarang juga alas makan yang digunakan cukup mahal , tanda beralaskan daun pisang ini memiliki artian bahwa islam itu tidak melihat derajat manusia.
Didaerah pekalongan memang saat megengan tradisi yang sangat menojol yaitu makan bersama penuh suka cita menyambut ramadhan semoga tradisi ini selalu ada dan tidak akan tertinggal walau masa kemasa budaya atau tradisi semakin luntur .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H