Heinrich Heine seorang penyair berkebangsaan Jerman pernah berkata “You cannot feed the hungry on statistics”. Ya dan nampaknya serdadu-serdadu Indra Sjafri sangat setuju dengan hal tersebut.
22 tahun yang lalu tepatnya di Manila dalam ajang Sea games itulah terakhir kalinya bangsa ini menjadi yang nomor 1 dalam suatu kejuaraan sepakbola (tolong jangan pertanyakan piala kemerdekaaan 2008). Selama kurun waktu dari tahun 1991 sampai ke tahun 2013 prestasi sepakbola negara ini mengalami puasa panjang baik level senior maupun junior, kering memang. Namun tanggal 22 September 2013 jutaan pasang mata menjadi saksi, ternyata kita juga bisa memainkan si kulit bundar dengan benar.
Serdadu-serdadu Indra Sjafri melakukan hal yang sama dengan anak asuhan Anatoli Polosin 22 tahun silam, menjadi juara pertama di kejuaraan sepakbola Asia tenggara. Mereka mungkin sudah bosan dengan sebutan kita negara spesialis runner-up, ataupun hanya bagus secara statistik keseluruhan kompetisi, namun tidak bisa menjadi juara seperti AFF 2010 silam. Mereka terlihat lapar untuk membahagiakan bangsa ini, untuk bisa melupakan problema kehidupan sejenak. Lihat bagaimana Zulfiandi dkk berlari kesana kemari tidak terlihat lelah, namun lapar dan haus akan kemenangan. Mereka nampaknya hanya memikirkan satu hal: bagaimana bangsa ini bisa sedikit tersenyum kembali.
Euforia AFF U-19 belum usai namun pasukan Indra Sjafri kembali memperlihatkan kegarangannya ketika lapar, yang kali ini menjadi korban mereka adalah sang juara bertahan dan pengoleksi juara terbanyak yaitu 12 kali, Korea Selatan. Masa bodoh dengan adanya pemain mereka yang memakai bedak dan luntur serta kepemimpinan wasit asal negara tetangga, saya lebih tertarik melihat bagaimana apiknya Putu Gede dan Fathurohman menjaga dan membantu sayap garuda, lebih tertarik melihat Muchlis menjemput bola dan berjibaku dilini depan, lebih tertarik melihat Ilham Udin dan Maldini Pali mengepakkan sayap garuda, lebih tertarik melihat Hansamu dan Sahrul menjadi menara membantu Ravi Murdianto, lebih tertarik melihat segitiga antara Hargianto, Zulfiandi, dan Evan Dimas Darmono. Ya, kesatuan skuat ini benar-benar menarik.
Indra Sjafri mungkin sudah terbiasa menikmati rendang, maka sesekali melahap sampai habis chao tom, kimchi beserta bulgogi untuk saat ini cukuplah untuk mengisi rasa lapar. Namun jangan sampai terlalu kekenyangan, karena akan ada jamuan besar di Myanmar 2014. Mungkin saja disana kita bisa menikmati vegemite, kebab kumide, bebek peking, kimchi, serta menjadikan ramen sebagai penutup.
Kalau dinikmati dengan sepenuh hati dan tidak tersedak selama di Myanmar, jamuan lebih besar di Selandia Baru 2015 sudah menunggu serdadu-serdadu muda ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H