Mohon tunggu...
Fajar Yudo
Fajar Yudo Mohon Tunggu... -

seorang pengangguran yang gemar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Garuda di Dadaku, Duit di Otakku

14 Agustus 2010   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

65 tahun Indonesia meredeka, sebuah kemerdekaan yang kita raih dengan peluhan keringat, tetesan air mata, dan ceceran darah dari para pejuang kita. Semangat perjuangan mereka tunjukan dengan proklamasi 17 Agustus 1945, sebagai bukti bahwa kita telah merdeka, kita telah bebas dari penjajahan yang membelenggu bangsa ini selama 3,5 abad (Belanda) dilanjutkan dengan penjajahan selama 3 tahun oleh Jepang.

Sungguh betapa gigihnya perjuangan mereka walau hanya dengan persenjataan seadanya tetapi, mereka masih bisa mempertahankan kedaulatan bangsa ini dan mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

65 tahun telah berlalu, tapi sayang banyak dari pejuang kita yang setelah membawa negara Indonesia merdeka tidak pernah terpikirkan oleh kita (terutama kalangan pejabat) atas jasa-jasa mereka.

Bahkan ketika kami melihat sebuah tanyangan media (sebuah stasiun televisi di Surabaya) ada yang sebagian dari pejuang kita yang setelah berjuang dan membawa Indonesia merdeka menyambung hidupnya dengan MBECAK (tukang becak), sebagai penjaga ponten (toilet) dan yang paling trenyuh pernah kami melihat seorang veteran (mantan pejuang) yang pada waktu itu sehabis mengikuti upacara 17 Agustusan, membawa sebuah kotak yang berisi makanan kecil dan 1 gelas air mineral serta sebuah sapu tangan, yang menurut pikiran kami sapu tangan tersebut untuk membasuh air matanya, melihat pejajahan yang saat ini terjadi di bumi Indonesia, penjajahan dari anak bangsa ibu pertiwi sendiri, penjajahan moral, perampasan kekayaan alam Indonesia (dijarah melalui kebijakan yang menguntungkan pihak asing), perampasan nafkah (pembentukan outsourcesing), sedangkan hatinya ingin melawan ketidakadilan ini, tapi apadaya, kulit mulai keriput dan tenaga ini sudah tak mampu melawan perubahan zaman.

Saat ini, banyak slogan-slogan GARUDA di DADAKU yang kamipun tidak tahu sebenarnya kata-kata tersebut siapa pertama kali yang mepopulerkan dan untuk apa sering dikumandangkan (mungkin para kompasianer ada yang mau berbagi), dari para atlet, pejabat, dan tokoh-tokoh masyarakat kita saat ini.

Tapi...., lihatlah hasilnya

Para atlet, loyo kita bertanding, takut adu otot , kalah otak (strategi) dan yang paling mengenaskan kalah nyali atau down sebelum bertanding, lebih-lebih menghadapi lawan yang diatas kelasnya.

Para pejabat, ketika waktu kampanye berlangsung mereka sering mengumandangkan akan membangun Jiwa dan Raga rakyat kami, tetapi setelah menduduki kursi basah tersebut, mereka lupa akan janjinya.

Beras untuk orang miskin-pun mereka embat (curi).

Tunjangan kesehatan yang semestinya untuk masyarakat kurang mampu mereka tilap (curi).

Bahkan anggaran untuk pendidikan, membangun tunas bangsapun banyak yang engkau sikat (curi).

Kenapa korupsi terus terjadi, bahkan malah menjadi-jadi bagai sebuah sekam ditengah lautan api.

Garuda hanya sebagai pajangan, Merah Putih hanya dijadikan Sapu-tangan, Pancasila hanya sekedar karangan, dan 17 Agustus hanya sebagai hajatan tahunan, tidak pernah kalian berpikir untuk apa negara ini didirikan dan di MERDEKAN!

Kenapa Garuda tidak engkau taruh di kedua tangan kami (Sayap), biar kami kuat untuk mengarungi samudera yang luas ini. (bukankah Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi lautan)

Kenapa Merah Putih tidak engkau ikatkan di Kepala-kami, biar kami menjadi berani dalam memerangi ketidakadilan terhadap rakyat kami, dan bersih bagai sekuntum melati di pagi hari.

Kenapa Pancasila tidak pernah engkau tanam di hati kami, biar kami tidak pernah mengkhianati ibu kami. (KORUPSI)

Jadikanlah 17 Agustus ini sebagai momentum kemerdekaan kami.

Bebaskanlah kami kebijakan-kebijakan yang menjerat hidup ini.

Bebaskanlah kami dari kebodohan yang makin lama makin membelenggu perasaan ini.

Bebaskanlah kami dari kemiskinan yang dapat merubah perilaku kehidupan ini (seseorang (baik) yang kepepet merubah hidupnya, berubah menjadi penjahat)

Bebaskanlah kami dari luka-luka ini. (biaya kesehatan yang semakin tidak karuan)

Sejatinya kami ingin mememiliki kemerdekaan yang sejati, kemerdekaan yang hakiki.

Kami ingin MERDEKA sekali lagi!

Tetap semangat, tetap berjuang, tetap berkarya, tetap bersatu-padu,

Kami cinta negeri-KU, Kami cinta Indinesia-KU.

Doa tulus-ku untuk para pahlawan dan pempimpin bangsa-KU.

Dirgahayu Kupersembahkan untuk Republik Indonesia-KU yang ke 65.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun