Mohon tunggu...
Fajar T
Fajar T Mohon Tunggu... Administrasi - WNI

Learn to Learn..........

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pramuniaga Dari Cilegon

11 April 2010   15:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:51 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai pekerjaan pertama, adalah pengalaman yang luar biasa menurutku. Aku memulai pekerjaan pertamaku sesaat sesudah lulus dari SMU. Karena kondisi ekonomi keluargaku yang kurangmendukung, niat untuk melanjutkan kuliah terpaksa aku simpan dalam hati. Dari sebuah desa kecil dan terpencil di JawaTengah, aku berangkat menuju kota sejuta harapan, Jakarta. Niat awal aku ke Jakarta adalah menunggu rumah kakakku yang sering kosong karena ditinggal bekerja. Sehari, seminggu sampai sebulan aku masih bertahan di sana, tanpa kawan, tanpa teman. Baru kusadari satu hal yang sulit kudapatkan di Jakarta adalah teman, berbeda dengan desa di tempat aku biasa tinggal, dimana untuk mencari teman berbagi dan bercerita bukanlah hal yang sulit. Semangat untuk melanjutkan kuliah kembali hadir. Aku harus mengumpulkan uang untuk kuliah tahun depan. Berbekal dengan semangat itu aku mulai mencoba mencari informasi lowongan pekerjaan melalui koran yang kadang aku beli, atau terkadang numpang membaca di kios koran di depan rumah. Selanjutnya aku mencoba membuat lamaran pekerjaan ke perusahaan-perusahan yang membuka lowongan itu, semua masih aku tulis dengan bolpoin, maklum tahun 2001, komputer masih langka. Dan mulailah kekejaman itu kurasakan, entah berapa belas kali aku tertipu berbagai lowongan manis yang terpajang di koran. Ada yang ujung-ujungnya minta duit, ada yang berkedok menjadi karyawan kantor, tapi harus keliling menawarkan perabotan rumah dari rumah ke rumah. Panggilan demi panggilan yang aku terima saat selalu berakhir dengan hal yang tragis dan mengerikan he..he... ujung-ujungnya adalah menjadi sales perabotan rumah tangga, door to door lagi. Hmmmmh.... Cape’ deh. Sampai ketika aku menemukan iklan lowongan pekerjaan yang membutuhkan tenaga administrasi non pengalaman. Aku mencoba melamar ke situ, tak lama kemudian aku mendapat panggilan interview, dengan modal nekad aku mendatangi tempat yang dimaksud, berharap aku bisa mendapatkan pekerjaan di dalam ruangan.

Setelah interview selesai, proses selanjutnya adalah tes lapangan. (waduh apakah ini??), aku masi bingung dan linglung he..he.... saya dan salah seorang peserta tes di suruh mengikuti mas-mas yang dikatakan sebagai supervisor kami nantinya. Dengan perasaan yang tak menentu aku mengikuti saja proses saat itu, selidik punya selidik aku dan temenku itu dibawa ke sebuah mall besar di Jakarta. “hhhhhmmmh... apakah kantorku tempat bekerja nanti di sini ya, wah.. asiiikkk!!!!” aku berdecak kagum, karena Mall adalah hal yang langka di desaku. Aku pikir aku akan dibawa masuk ke dalam, ternyata dugaanku meleset. Aku dan temanku di ajakmenuju ke pelataran parkir, di mana mobil-mobil beraneka merk berjajar rapi di sana. Dan tugasku adalah mencari klien (apa itu??)

Ilustrasi singkatnya begini :

Aku disuruh oleh supervisorku itu untuk mencegat seseorang atau siapapun saja yang menuju tempat parkir. Intinya aku disuruh nangkring di depan sebuah mall di Jakarta, dan tugasku adalah mencari target sasaran pemasaran, terutama ibu-ibu yang berpenampilan tajir yang barusan berbelanja di mall tersebut. Setelah sekian lama aku menunggu, mencoba menepis rasa nervous, herpes dan hopeless akhirnya aku melihat seorang target muncul. Kulihat seorang ibu berpenampilan tajir dengan kacamata hitamnya melangkah keluar dari mall tersebut dengan menenteng barang belanjaan yang kalo kulihat begitu banyak.

“Selamat pagi bu… waduh habis belanja banyak nih bu… o iya, ibu mau mendapat hadiah bu?” ujarku dengan logat khas orang kampung. Katrok abis he..he...

“Mau dong…” jawab si Ibu dengan muka penuh kebingungan.

“Oya… Wah Ibu benar-benar luar biasa, caranya gampang kok, Ibu akan saya kasihsebuah pertanyaan, apabila ibu menjawabdengan benar ibu akan mendapat hadiahdari kantor saya. Gimana bu, mau kan?”

Ibu itu mengangguk , kini dengan muka makin bingung.

“Ibu, siapa presiden Amerika sekarang ini?” aku benar-benar mirip Mr. Tantowi Yahya, presenter terkenal itu.

“Emmmh…Nggak tau tuh??!!”

“Ibu memang luar biasa!!!!” aku segera menjabat tangan ibu itu dan mengucapkan.

“Wah selamat ya bu!!!, Ibu berhasil mendapatkan potongan harga dari perusahaan kami, dengan itu ibu bisa membeli peralatan ini dengan harga khusus. Cuma dengan uang seratus lima puluh ribu, ibu bisa membawa pulang……”kata-kataku terhenti karena ibu itu sudah lari meninggalkanku. Aku hanya melongo, mirip komodo gitu deh.

Kusimpan kisah kelam itu di hatiku, aku memutuskan untuk mengundurkan diri saja, ku langkahkan kakiku menuju halte dan menunggu bis yang akan mengantarkan aku pulang.Hmmmmhh..... ternyata mencari pekerjaan susah juga ya?

Waktu terus berlalu, hingga aku mengetahui ada lowongan pramuniaga disebuah minimarket. Dengan penuh semangat segera kubuat lamaran lagi. Tes demi tes kulalui, dari interview awal, psikotes dan interview akhir, finnaly aku diterima juga. Alhamdulillah... Setelah training selama dua minggu aku, tibalah saatnya penempatan. Dag,dig,dug...dan “Jrrrrennnnkkk, jreenk!!!!!” Aku di tempatkan di Cilegon. Cilegon? Daerah mana itu? Seperti apakah tempatnya? Aku belum tau.

Ternyata Cilegon itu lumayan jauh juga dari Jakarta, tapi semangat untuk kuliah itu yang membuat aku kuat menjalani pekerjaan di sana. Mulai dari menjadi Badut saat pembukaan toko, menerima suplay barang, stock opname barang di toko, mengangkut dan memindahkan barang dagangan mulai dari bergalon-galon air mineral, beberapa dus sabun, minyak goreng dan produk-produk lain dari lantai satu ke lantai 3 secara manual, menyapu, melap kaca menjadi kasir sampai mengurus laporan SPT kantor. Intinya dari pekerjaan kasar sampai halus pernah aku lakukan.

Dari situlah aku belajar bahwa mencari uang bukanlah hal yang mudah. Di situlah aku belajar banyak tentang hidup. Di situlah aku bisa lebih menghargai hidup. Sampai aku memutuskan mengundurkan diri pada bulan Mei 2002 dan lolos UMPTN 2002, menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta sampai lulus tahun 2006. Akhirnya impianku untuk melanjutkan kuliah terwujud juga, hingga sampai aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Tak henti-hentinya aku bersyukur. Terima kasih Ya Allah... Terima kasih Cilegon, kota perjuanganku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun