Mohon tunggu...
Fajar setiono
Fajar setiono Mohon Tunggu... Buruh - copywriter

Selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan.Jangan pernah menyerah sebelum kita mendapatkan apa yang kita inginkan.Selalu semangat dan pantang menyerah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Aku Menemukan Diriku Sendiri di Dunia Lain

9 September 2024   09:05 Diperbarui: 9 September 2024   09:23 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Satria, seorang mahasiswa yang hidupnya biasa-biasa saja. Rutinitas harianku melibatkan bangun tidur, kuliah, nongkrong, dan tidur lagi. Sampai suatu hari, sesuatu yang aneh terjadi.

Suatu malam, setelah hari yang melelahkan, aku tertidur lelap di kasur. Ketika membuka mata, aku tidak lagi berada di kamar kosku yang sempit. Sebaliknya, aku berdiri di tengah hutan yang rimbun dengan pepohonan tinggi menjulang.

"Apa aku masih bermimpi?" gumamku sambil mencubit lengan. Sakit. Oke, ini nyata.

Aku berjalan menyusuri hutan, mendengar gemericik air sungai di kejauhan. Segalanya terasa aneh. Tidak ada jejak peradaban modern---hanya alam liar yang penuh suara burung dan hewan-hewan lain. Saat aku mengikuti suara air, aku tiba di sebuah sungai kecil yang jernih. Aku membungkuk untuk mencuci muka, berharap air dingin bisa membangunkanku dari kebingungan ini.

Tapi ketika aku melihat pantulan di permukaan air, tubuhku kaku. Wajah yang kulihat di sana bukanlah wajahku. Itu wajah seseorang yang jauh lebih tua, dengan rambut yang lebih panjang dan tatapan yang tajam. Pakaian yang kukenakan juga bukan kaos dan celana pendek, melainkan jubah aneh yang tidak pernah kulihat sebelumnya.

Aku mencoba meraba wajahku, merasa tidak percaya. Tapi refleksi itu mengikuti setiap gerakanku. Ini... ini bukan mimpi. Aku benar-benar telah berubah menjadi orang lain.

Aku mulai panik. Siapa aku sekarang? Dan di mana ini?

Di tengah kegelisahan, terdengar suara langkah kaki mendekat. Seorang pria berwajah ramah muncul dari balik pepohonan. "Guru, Anda di sini!" serunya dengan nada lega. "Kami mencarimu di mana-mana. Para murid menunggumu di aula untuk pelajaran hari ini."

Guru? Aku? Dia pasti salah orang. Tapi ketika aku akan menjelaskan, sesuatu di dalam diriku menahan. Seolah-olah ada bagian dari otakku yang tiba-tiba mengerti bahwa aku *memang* seorang guru. Dan para muridku... ya, aku harus menemui mereka.

Tanpa berkata banyak, aku mengikuti pria itu ke sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan. Di sana, aku disambut oleh sekelompok orang yang tampak mengenaliku. Mereka semua memanggilku "Guru" dengan penuh hormat.

Aku mencoba beradaptasi dengan situasi ini. Menyusuri kenangan-kenangan asing yang tiba-tiba memenuhi kepalaku, aku mulai mengajar mereka---seolah-olah aku telah melakukan ini sepanjang hidupku. Ilmu yang kuajarkan bukanlah ilmu yang biasa, melainkan sesuatu yang asing dan magis. Dan entah bagaimana, aku tahu semuanya.

Malam harinya, aku duduk sendirian di tepi sungai, merenungkan apa yang terjadi. Apakah aku benar-benar diriku? Atau aku sekarang menjadi orang lain?

Di saat itu, aku sadar. Hidupku yang sebelumnya begitu datar dan tak bermakna telah berubah drastis. Sekarang, aku hidup di dunia lain, dengan peran baru, dan kekuatan yang tidak pernah kubayangkan. Apakah ini takdirku yang sebenarnya?

Meskipun takut dan bingung, aku merasa ada sesuatu yang menarik di dalam diriku. Perasaan bahwa, mungkin, inilah aku yang sebenarnya. Dan selama aku di sini, aku akan menjalani kehidupan baru ini, menjelajahi siapa diriku yang sesungguhnya.

Karena, siapa tahu? Mungkin, di balik kejutan ini, aku akhirnya akan menemukan diri yang selama ini kucari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun