Di sebuah kota kecil yang sunyi, ada seorang lelaki yang dikenal dengan senyumnya. Wajahnya selalu berseri, tak peduli apapun situasi yang dihadapinya. Orang-orang menyukainya, meski ada yang merasa tak nyaman. Tidak ada yang tahu pasti apa pekerjaannya, di mana dia tinggal, atau dari mana asalnya. Yang pasti, setiap kali kau bertemu dengannya, dia selalu tersenyum.Â
Suatu sore, Dina, seorang gadis muda yang gemar menulis cerita misteri, berjalan pulang dari toko buku. Saat melewati taman, dia melihat lelaki itu duduk di bangku taman, tersenyum seperti biasa. Dina menghentikan langkahnya, merasa ada sesuatu yang aneh. Lelaki itu tidak pernah terlihat berbicara dengan siapa pun, hanya duduk diam, tersenyum tanpa henti.Â
Penasaran, Dina mendekatinya.
"Permisi, Pak. Apa Anda selalu duduk di sini?" tanya Dina dengan suara ragu.
Lelaki itu memalingkan wajahnya perlahan, senyumnya masih tertahan. "Selalu," jawabnya pendek.
"Kenapa Anda selalu tersenyum?" Dina semakin penasaran.
Senyum lelaki itu semakin lebar. "Karena aku melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa lihat."
Dina merasa bulu kuduknya berdiri. Ada sesuatu dalam cara lelaki itu bicara yang membuatnya ingin pergi, tapi rasa penasaran menahannya di tempat.
"Apa yang Anda lihat?"
Lelaki itu tertawa pelan. "Kau tidak ingin tahu, Dina."
Dina terkejut. Dia tidak pernah menyebutkan namanya. "Bagaimana Anda tahu nama saya?"
"Karena aku sudah melihatmu sejak lama."
Dina mundur satu langkah. Hatinya berdebar cepat. Dia merasa ada sesuatu yang sangat salah, tapi tidak bisa menebak apa. Dia mulai berjalan mundur, namun lelaki itu tidak berhenti menatapnya, senyum di wajahnya tak berkurang sedikitpun.
"Kau harus berhati-hati, Dina. Kadang, yang tersenyum adalah yang paling berbahaya."
Kata-kata itu menembus pikirannya, membuatnya segera berlari pulang. Sesampainya di rumah, Dina mencoba menenangkan diri. Dia memutuskan untuk menulis kejadian aneh itu di buku catatannya, berharap bisa melupakan ketakutannya.
Malam itu, saat dia menutup bukunya, ada ketukan di jendela kamarnya. Dina menoleh dan melihat lelaki itu di luar, tersenyum, wajahnya tampak lebih pucat dalam gelap. Dia berteriak, tapi lelaki itu hanya melambaikan tangan dengan pelan.
Esoknya, Dina tidak pernah terlihat lagi.Â
Orang-orang di kota kecil itu bertanya-tanya ke mana dia pergi, tapi tak ada yang tahu. Hanya satu yang tersisa: lelaki yang selalu tersenyum, duduk di bangku taman, mengawasi setiap orang yang lewat, senyumnya tetap tak berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H