Mohon tunggu...
Fajar setiono
Fajar setiono Mohon Tunggu... Buruh - copywriter

Selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan.Jangan pernah menyerah sebelum kita mendapatkan apa yang kita inginkan.Selalu semangat dan pantang menyerah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Pernah Habis

4 September 2024   09:47 Diperbarui: 4 September 2024   10:00 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa yang sepi, hiduplah seorang wanita bernama Laila. Sejak kecil, Laila dikenal sebagai wanita yang cantik dan lemah lembut. Banyak pemuda yang jatuh hati padanya, namun Laila hanya memiliki satu cinta yang tak pernah berubah, yaitu kepada Arif, sahabat masa kecilnya.

Arif adalah sosok yang sederhana, selalu ceria, dan penuh perhatian. Mereka tumbuh bersama, bermain di bawah rindangnya pohon beringin di tepi sungai yang mengalir tenang. Waktu demi waktu berlalu, dan perasaan Laila terhadap Arif semakin kuat. Meski begitu, ia tak pernah mengungkapkannya, takut persahabatan mereka akan berubah.

Suatu hari, Arif mengabarkan bahwa ia harus pergi ke kota untuk bekerja. Perasaan Laila campur aduk. Di satu sisi, ia bahagia karena Arif akan mengejar impiannya, tapi di sisi lain, hatinya terasa sepi. Sebelum berangkat, Arif memberi Laila sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang.

"Laila, aku akan kembali. Jangan pernah lupakan aku," ujar Arif dengan senyuman hangat yang selalu membuat hati Laila bergetar.

Tahun demi tahun berlalu, namun Arif tak pernah kembali. Surat yang pernah ia kirimkan pun perlahan berhenti datang. Laila tetap menunggu di desa, menjaga kenangan indah mereka. Setiap hari, ia mengenakan kalung pemberian Arif, seolah ingin menggenggam erat cinta yang tak pernah ia ungkapkan.

Orang-orang di desa mulai berbisik, mengatakan bahwa Laila seharusnya melupakan Arif dan menikah dengan pemuda lain. Namun, Laila tetap setia menunggu, yakin bahwa Arif akan kembali suatu hari nanti.

Pada suatu malam, saat hujan deras mengguyur desa, Laila mendengar ketukan di pintu rumahnya. Dengan jantung berdebar, ia membuka pintu. Di hadapannya berdiri seorang pria, basah kuyup dan terlihat lelah, namun dengan senyuman yang sangat Laila kenali.

"Arif..." bisik Laila hampir tak percaya.

Arif menatap Laila dengan mata yang penuh kerinduan. "Maafkan aku, Laila. Aku butuh waktu lama untuk kembali. Tapi cintaku padamu tak pernah pudar, bahkan sedikit pun."

Laila tak kuasa menahan air matanya. Semua penantian, semua rasa sakit karena rindu, akhirnya terbayar dengan kehadiran Arif di hadapannya. Tanpa ragu, ia memeluk Arif erat, seolah tak ingin melepaskannya lagi.

Malam itu, di bawah hujan yang semakin reda, Laila dan Arif bersumpah bahwa cinta mereka adalah cinta yang tak pernah habis. Tak peduli berapa lama mereka terpisah, tak peduli rintangan yang menghadang, mereka tahu bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya kembali. 

Dan begitulah, dua hati yang setia akhirnya bersatu kembali, menjalani hidup dengan penuh cinta yang tak pernah pudar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun