Mohon tunggu...
Fajar setiono
Fajar setiono Mohon Tunggu... Buruh - copywriter

Selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan.Jangan pernah menyerah sebelum kita mendapatkan apa yang kita inginkan.Selalu semangat dan pantang menyerah!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di Bawah Langit Tua

1 September 2024   12:54 Diperbarui: 1 September 2024   13:07 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang terlupakan, di mana langit senantiasa memancarkan warna kebiruan yang pudar dan angin berbisik dalam nada melankolis, hiduplah seorang gadis bernama Arum. Ia bukan gadis desa biasa. Arum dikenal karena kemampuannya merajut kisah-kisah dari benang-benang yang tak terlihat. Kisah-kisah itu bukanlah sekadar dongeng untuk anak-anak sebelum tidur, tetapi cerita tentang kehidupan, cinta, dan kehilangan yang tersimpan di sudut-sudut hati setiap penduduk desa.

Setiap malam, Arum duduk di bawah pohon tua di tepi hutan, memandang bintang-bintang yang mulai bermunculan satu per satu. Di sinilah ia merajut ceritanya, dengan tangan yang cekatan dan hati yang penuh kehangatan. Namun, ada satu kisah yang belum pernah dirajutnya---kisah cintanya sendiri.

Arum jatuh cinta pada seorang pemuda yang tinggal di desa tetangga, seorang pemahat kayu bernama Damar. Damar adalah sosok yang pendiam, lebih banyak menghabiskan waktunya di hutan, memilih kayu terbaik untuk pahatan-pahatan indah yang menghiasi rumah-rumah di desa mereka. Setiap kali Arum mendengar namanya disebut, hatinya berdebar, namun ia tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya.

Suatu hari, Arum memutuskan untuk merajut kisah cintanya sendiri, namun kali ini bukan dengan benang tak terlihat, melainkan dengan benang sungguhan. Ia ingin memberikan sebuah selendang yang indah kepada Damar, sebagai ungkapan cinta yang selama ini terpendam di dalam hatinya.

Selama berminggu-minggu, Arum mengerjakan selendang itu dengan penuh kasih sayang. Setiap helai benang yang ia pilih mengandung harapan, impian, dan cinta yang murni. Namun, semakin dekat ia pada penyelesaian selendang itu, semakin besar keraguannya. "Bagaimana jika Damar tidak merasakan hal yang sama?" pikirnya.

Akhirnya, selendang itu selesai, dan Arum memberanikan diri untuk menemui Damar. Di malam yang diterangi sinar bulan, Arum berjalan menuju rumah Damar, membawa selendang itu dengan tangan gemetar. Ketika ia sampai di depan rumah Damar, ia melihat pemuda itu sedang memahat sepotong kayu dengan penuh konsentrasi.

Dengan suara bergetar, Arum memanggil namanya, "Damar..."

Damar menoleh, dan melihat Arum berdiri di sana, memegang selendang yang indah. Ia terkejut melihatnya, tapi kemudian ia tersenyum lembut.

"Untukmu," kata Arum, menyerahkan selendang itu dengan malu-malu. "Aku... aku membuatnya sendiri."

Damar menerima selendang itu, menyentuhnya dengan hati-hati, seolah-olah itu adalah sesuatu yang sangat berharga. "Ini sangat indah," ujarnya pelan, "seperti kau, Arum."

Arum tersipu, dan sebelum ia sempat mengatakan apapun, Damar melangkah maju dan memeluknya. "Aku tahu, Arum," bisiknya, "Aku tahu bahwa kau telah lama menyimpan perasaan ini. Dan ketahuilah, aku pun merasakan hal yang sama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun