Dimas mundur beberapa langkah, otaknya berputar mencoba mencerna kata-kata wanita itu. "Apa maksudmu? Aku baru saja datang ke desa ini..."
Wanita itu tersenyum tipis, namun senyumnya terlihat sangat menyeramkan. "Benarkah? Atau kau hanya tidak ingat? Seperti yang lain, kau juga datang, tapi tidak pernah pergi."
Dimas merasa kepalanya berdenyut. Ingatan-ingatan aneh mulai memenuhi benaknya---ingatan tentang rumah itu, tentang wanita itu, dan tentang dirinya yang seolah pernah tinggal di sana. Rasa takut yang tak bisa dijelaskan mulai menjalar di seluruh tubuhnya.
Dengan gemetar, Dimas berbalik dan berlari naik ke atas. Ia mendobrak pintu rumah dan keluar, tapi yang ditemuinya bukan desa yang ia kenal. Semuanya berubah---rumah-rumah di sekitar menjadi reruntuhan, langit gelap tanpa bintang, dan suara-suara aneh bergema di sekitar.
Saat itu, Dimas menyadari bahwa ia tidak pernah bisa meninggalkan rumah itu. Dia terjebak di dalamnya, dalam dunia yang berbeda---dunia yang kelam dan penuh dengan bayang-bayang masa lalu yang tak bisa dihapus.
Dan rumah itu, tetap terbuka lebar, menunggu orang lain yang berani untuk masuk, hanya untuk tak pernah keluar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H