Minyak berperan sangat penting untuk membuat beberapa komponen industri. Mencangkup seluruh kegiatan ekonomi membutuhkan energi atau bahan bakar, baik untuk menjalankan mesin produksi, menghasilkan listrik, atau sebagai sarana transportasi. Sementara hampir semua bahan bakar tersebut berasal dari minyak. Minyak berperan penting untuk memainkan jalannya roda perekonomian di suatu negara.
Harga minyak jatuh lebih dari 6 persen ke level terendah dalam lebih dari satu tahun. Penurunan pada harga minyak dipicu kekhawatiran perlambatan ekonomi bakal mengguncang pasar.
Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat ditutup pada US$ 42,53 per barel dan  turun menjadi US$ 3,06, atau 6,7 persen. Adapun minyak mentah berjangka ditutup turun US$ 3,35, atau 6,2 persen menjadi US$ 50,47 per barel. Pasar menetap lebih awal menjelang liburan Natal.Â
Yang terjadi di pasar saham meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi akan berhenti dan dengan demikian pada dasarnya akan membunuh permintaan minyak di masa depan.
Mereka menganggap penurunan harga minyak akibat perlambatan ekonomi jika bukan resesi. Penurunan harga di kuartal keempat kemungkinan akan menyebabkan produsen untuk kembali pada output mereka.
Dan pada tanggal 27 Desember 2018 ini harga minyak dunia melonjak sekitar 8 persen, waktu Amerika Serikat. Kenaikan harga minyak tersebut merupakan kenaikan yang terbesar selama lebih dari 2 tahun terakhir. Harga minyak mentah pada akhir - akhir ini beracuan pada jangka global sehingga harga minyak telah meningkat menjadi 8 persen atau US$54,47 per barel. Dan para pedagang mengakui bahwa di awal sesi perdagangan, sempat tertekan hingga ke level US$49,93 per barel atau terendah sejak Juli 2017.
Penguatan harga minyak mentah juga terjadi pada waktu Amerika Serikat West Texas Intermediate dan kenaikan harga minyak tersebut melonjk sekitar 8,7 persen atau US$46,22 per barel. Meskipun demikian, harga minyak mentah di West Texas Intermediate telah merosot hampir 40 persen sejak menyentuh level tertinggi US$76 per barel pada kenaikan harga minyak di wilayah tersebut.
Kenaian harga minyak yang kedua merupakan kenaikan yang terbesar sejak akhir bulan November 2016, setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menandatangani kesepakatan untuk memangkas produksi minyak.
Harga minyak terkena imbas dari pelemahan pasar yang lebih luar seiring berhentinya operasional pemerintah Amerika Serika, suku bunga acuan di Amerika Serikat yang lebih tinggi, dan sengketa dagang Amerika Serikat - China. Hal tersebut memicu kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan ekonomi global. Â Pasar juga masih sangat memperhatikan permintaan pada minyak.
Pada penjualan minyak tidak ada pencerminan kepercanyaan diri pasar yang kuat terhadap permintaan pada minyak tersebut. Penurunan harga minyak terjadi terlalu dalam dan terlalu cepat. Para wakil pemimpin mengatakan bahwa harga minyak US$45 per barel itu masih terlalu rendah.
Para analis Tudor, Pickering & Holt menilai penjualan minyak yang terjadi belakangan ini tidak digerakkan oleh kondisi fundamental pasar minyak. Namun, kondisi tersebut merupakan imbas dari kekhawatiran terhadap pasar secara umum seiring meningkatnya volatilitas ekuitas dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan makroekonomi.Â