Di balik pintu berembun, Â
senja mematung dalam dingin. Â
Tak lagi jingga, hanya abu-abu, Â
terhimpit di antara serat kapas bisu. Â
Aku lupa menaruhnya, Â
di sela alas tidur dan sudut-sudut kasur. Â
Mungkin saat itu aku terlalu sibuk Â
merapikan tidur yang berantakan. Â
seolah bertanya, Â
mengapa keindahan harus kuselipkan, Â
dan tidak kunikmati saat ia menghampar? Â
Senja di bawah bantal, Â
terhimpit oleh sisa sore yang lelap. Â
Aku hanya bisa menunggu pagi, Â
untuk menghirup hangat rinduku kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H