Hujan seakan membawa relaksasi, mengalir lembut dari telinga menuju hati, Â
Suara teduh dari atap menabur damai di sepanjang jalan hidup ini. Â
Hujan, ibarat letupan kecil yang memadamkan kebisingan dalam diri, Â
Rintiknya menjadi candu, menghujam hingga akar-akar hening yang sunyi. Â
Cobalah sedikit merasakan percikannya, mungkin di sana terselip kebahagiaan, Â
Setetes air yang jatuh di antara ribuan lainnya, masing-masing punya kisah tersendiri. Â
Ada yang turun deras, menggumpal besar, Â
Ada yang hanya sekadar menyapa bumi, lalu menguap kembali ke langit yang jauh. Â
Begitulah mereka, berputar dalam siklus tanpa akhir, Â
Menyapa atap dengan ketukan lembut yang mengalun. Â
Suaramu, wahai atap, merdu dan nyaman didengar, Â
Apa yang kau nyanyikan menjadi melodi syahdu yang nyata. Â
Bahkan saat mata perlahan terpejam menuju alam bawah sadar, Â
Kau, dengan suara rintikmu, membawa kegembiraan yang damai. Â
Hujan dan alunan atap ini menjadi harmoni indah, Â
Engkau adalah rezeki dari Yang Maha Kuasa. Â
Syukur ini tak pernah putus, ya Allah SWT, Â
Atas hujan dan suara dari atap yang Engkau karuniakan, Â
Seluruh alam bersyukur kepada-Mu, Â
Alhamdulillah... terima kasih, ya Allah, ya Tuhanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H