Mohon tunggu...
Fajar Prasetyo
Fajar Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah lulusan S1 Pendidikan Ekonomi yang sedang menempuh Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan. Saya suka dan tertartik pada dunia literasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Rahwana Tak Menculik Dewi Sinta

29 Agustus 2024   22:28 Diperbarui: 29 Agustus 2024   22:29 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah hutan Dandaka, tempat Rama, Sinta, dan Laksmana mengasingkan diri selama 14 tahun, suasana selalu dipenuhi kedamaian. Setiap pagi, burung-burung berkicau riang, dan sungai-sungai kecil mengalir dengan tenang, seakan menyanyikan lagu kebahagiaan. Sinta, yang setia mendampingi Rama, merasa kehidupannya sempurna. Laksmana, adik Rama yang penuh pengabdian, menjaga mereka dengan hati dan jiwa.

Namun, ada satu hal yang tidak diketahui oleh mereka bahwa jauh di negeri Alengka, Rahwana, raja raksasa yang ditakuti oleh banyak orang, memandang Sinta dengan keinginan yang mendalam. Tetapi, bagaimana jika Rahwana memilih jalan lain?

Di dalam istananya yang megah, Rahwana berdiri di hadapan cermin raksasa. Wajahnya dipenuhi keraguan. Ia telah mendengar tentang kecantikan Dewi Sinta, istri dari Rama, dan hatinya bergetar. Tetapi hari ini, Rahwana merasakan sesuatu yang berbeda. Rasa penasaran akan pilihan hidup yang belum pernah ia tempuh.

Rahwana memanggil Marica, pamannya yang bijaksana. Marica, yang selalu memberikan nasihat baik, datang dengan tenang. 

“Paman,” Rahwana memulai, “aku tahu kamu mendengar tentang Sinta. Hatiku ingin memilikinya, tetapi ada suara dalam diriku yang meragukan hal itu. Apakah aku harus menculiknya?”

Marica menatap Rahwana dalam-dalam. Ia tahu Rahwana sering dihakimi atas perbuatan-perbuatannya, tapi hari ini ia melihat ada keraguan yang tulus dalam mata Rahwana. 

“Kau adalah raja, Rahwana. Kau bisa memiliki apa pun yang kau inginkan,” jawab Marica dengan hati-hati. “Tetapi ingatlah, kekuatan sejati bukan terletak pada apa yang kita rebut, melainkan pada apa yang kita lepaskan.”

Kata-kata itu bergema dalam pikiran Rahwana. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia mempertimbangkan konsekuensi dari perbuatannya.

Beberapa hari berlalu, dan Rahwana masih merenungkan keputusan itu. Di istananya, ia menerima laporan dari mata-matanya bahwa Rama dan Sinta hidup bahagia di hutan. Biasanya, Rahwana akan segera mengatur rencana untuk menculik Sinta, tetapi kali ini ia memilih diam.

“Biarkan mereka hidup dalam damai,” kata Rahwana pada dirinya sendiri. “Aku akan mencari kebahagiaanku di tempat lain, bukan dari merusak kebahagiaan orang lain.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun