Mohon tunggu...
Fajar Nuryanto
Fajar Nuryanto Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta | Belajar Fotografi | Suka bola lokal

- Sehari-hari karyawan swasta - Belajar menjadi suka bercanda - Seneng diajak serius - Terus belajar fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lima Tahun Penantian Momongan

20 November 2018   19:38 Diperbarui: 20 November 2018   20:03 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang anak saya sudah berumur dua tahun enam bulan. Masa dimana jengkelnya orangtua mulai menyeruak melihat perkembangan anak. Emosi kadang muncul baik dari bapak maupun ibunya. Tetapi alhamdulillah kami punya rem yang cukup pakem untuk meredamnya. 

Jadi begini, kami menikah di pertengahan tahun 2011. Sedari awal kami sudah sepakat untuk segera memiliki momongan. Kebetulan kami perantau dari Jawa, istri Jawa Timur saya Yogyakarta.  

Setelah rangkaian acara pernikahan kami selesai, semua kembali ke aktivitas masing-masing. Yang membedakan hanyalah sekarang kami tinggal sekontrakan. Kebetulan istri tempat kerjanya lebih jauh jadi terpaksa ikut saya. 

Manisnya pasangan baru cukup kami nikmati. Kami berdua bekerja, sehingga secara materi kami merasa ada sedikit lebih untuk sekadar jajan. Karena termasuk bagian dari sekrup kapitalis, gaji kami tidaklah besar, tetapi karena digabung dan hanya dimakan berdua jadilah cukup untuk bersenang-senang ala kami. 

Namun semua itu pelan-pelan menjadi hambar. Enam bulan pasca pernikahan istri belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Tangis isteri setiap datang bulan menghiasi kehidupan kami. Kami mulai terpaksa sadar ada sesuatu yang perlu kami ketahui secara benar permasalahan apa yang ada di keluarga kami.

Isteri terpaksa berhenti bekerja sebagai langkah awal perbaikan. Jauhnya tempat kerja cukup menjadi alasan karena kelelahan sehingga tak kunjung hamil. Kami mulai rajin mencari informasi mengenai kehamilan. Banyak yang kami dapat dari mulai pengecekan suhu basal sampai segala permasalahan pada suami maupun isteri. Sembari mencari informasi kami juga mendengar saran dari teman-teman yang lebih berpengalaman.

Pergi ke tukang urut rahim adalah langkah pertama kami. Dari sekian banyak tukang urut semuanya menyatakan tidak ada masalah. Kami cukup lega mendengarnya, dan mereka selalu bilang "sabar nanti juga dikasih, orang ga ada masalah kok".

Masih mengikuti anjuran orang-orang, kami pergi ke tukang urut tetapi yang juga memberikan jamu herbal. Kami cukup antusias karena nasihatnya sangat meyakinkan. Beberapa kali kami pergi urut dan minum jamunya, tetapi belum juga ada hasil kamipun memutuskan berhenti sejenak.

Ada fase dimana kami merasa jenuh dengan usaha yang kami lakukan padahal usia pernikaham kami baru satu tahun lebih. Kami belum ada apa-apanya dibandingkan dengan pasangan lain yang jauh lebih lama. Yang sering kami dengar adalah nasihat bahwa masih ada yang lebih lama dari kami. Kami memahami dan semangat itupun muncul kembali. 

Memasuki satu tahun lebih usia pernikahan, kami memberanikan diri konsultasi ke dokter kandungan. Singkat cerita kami berdua ternyata punya masalah masing-masing. Atas saran dokter kami melanjutkan pengecekan lanjutan agar hasilnya lebih akurat. Dari hasil tes laboratorium permasalahan porsinya lebih besar ada di suami.

Ada pukulan mental yang cukup berat buat kami terutama suami. Perlu waktu lebih dari satu bulan untuk berdamai dengan kenyataan. Pada kondisi ini peran isteri sangat besar dalam mengembalikan mental yang sudah jatuh. Dia memberi banyak masukan agar fikiran tetap positif dan jangan sampai stress. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun