Skor 4-0 menjadi hukuman buat tim nasional Indonesia setelah bermain buruk dengan Filipina dalam lanjutan Piala AFF 2014. Bermaterikan banyak pemain naturalisasi, Filipina layaknya tim eropa yang bermain taktis dan menguasai semua lini. Barisan pemain belakang sangat pintar membaca serangan lawan sehingga tak ada serangan dari tim merah putih yang membahayakan gawangnya. Di lini tengah aliran bola sangat indah diperagakan oleh para pemain Filipina. Lebar lapangan yang selalu dimanfaatkan serta perpindahan bola dari kiri ke kanan sangat terorganisir. Phil Younghusband yang berposisi sebagai striker terlihat sangat mobile dan mampu menempatkan posisi dengan baik sehingga sangat merepotkan pertahanan Indonesia.
Di sisi lain permainan timnas garuda terlihat kurang manis kalau tidak mau dibilang sangat buruk. Entah apa yang diinginkan sang pelatih dengan pola permainan seperti tadi. Lini pertahanan terlihat sangat rapuh dengan beberapa kali M Robby melakukan blunder yang berakibat fatal. Di kedua bek sayap Zulkifli dan Risky Pora tidak jelas permainannya. Firman Utina yang sudah tidak se-prima dulu dipaksa berjuang sendiri mengatur irama permainan, dan seperti biasa direct ball langsung ke penyerang menjadi andalan pemain ini. Terciptanya gol pertama juga akibat cara merebut bola Firman yang ISL sekali, memang semua itu berawal dari back pass M Robby yang terlalu lemah sehingga mampu dikejar pemain Filipina.
Ujung tombak masih dipercayakan kepada si plontos Sergio Van Dijk yang hanya jago duel atas tanpa ada tusukan yang menusuk ke jantung pertahanan The Askals. Berduet dengan striker Arema Cronus Samsul Arif, lini depan Indonesia tidak memperlihatkan sebuah ancaman yang berarti. Pergerakan yang bagus justru terlihat dari Zulham Malik Zamrun yang begitu ngotot dan mau berduel merebut bola. Hanya saja visi permainannya masih kurang sehingga kapan harus mengumpan dan kapan harus melewati lawan tidak bisa dijalankan dengan baik.
Pada babak kedua Coach Alfred Riedl memasukkan Boaz Salossa dengan harapan mempertajam lini depannya. Pergantian ini cukup berpengaruh sehingga Indonesia bisa lebih terkoordinir dalam membangun serangan tapi tetap tak mampu mencetak gol. Saking berantakannya skema permainan indonesia para pemain Filipina sangat leluasa memainkan bola.
Gol yang didapat Filipina dari kesalahan Kurnia Meiga pun semakin membuat frustasi. Sibuk protes atas keputusan wasit Kiper Arema Cronus ini lupa posissinya dimana tendangan tidak langsung dilakukan sangat cepat oleh anak asuhan Thomas Dooley yang tampaknya tidak dimengerti oleh para pemain indonesia. Ditengah usaha keras untuk sekedar mencetak gol timnas indonesia justru kehilangan Risky Pora yang harus mendapat kartu merah akibat melanggar Phil Younghausband yang tinggal one on one dengan Kurnia Meiga. Melawan sebelas orang pemain Filipina hanya dengan sepuluh orang menjadi tambahan beban para pemain yang sudah hampir lempar handuk.
Yang jadi pertanyaan adalah sang rising star Evan Dimas kenapa tidak dicoba untuk dimainkan. Duet Evan dan Van Dijk pernah membuahkan hasil meskipun di level ujicoba. Hariono yang berhasil menggeser Bustomi juga dikesampingkan oleh sang pelatih. Sebenarnya masih banyak lagi pemain yang seharusnya dirotasi tapi masih dipaksakan main dan entah apa yang dipikirkan Coach Riedl sehingga membuat permainan tim sangat – sangat ‘ wow ‘. Yang pasti langkah timnas makin berat dan butuh keajaiban untuk lolos.
Terima kasih.
Fajar Nuryanto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H