Wabah corona (COVID19) masih melanda Indonesia. Jumlah pasien yang mengalamai virus ini terus bertambah. Jutaan orang telah terinveksi virus corona dan ratusan ribu orang telah meninggal akibat virus corona. Entah kapan berakhirnya virus corona ini.
Wabah corona telah mempengaruhi berbagai kehidupan, baik kesehatan, hubungan sosial dan ekonomi. Masyarakat telah merasakan dampak dari virus corona terhadap perekonomian mereka. Kita lihat pedagang kelontongan, penjual ikan, dan pedagang sayur, sangat merasakan menurun daya beli masyarakat karena ketidaknyamanan para konsumen dalam berbelanja.
Disatu sisi, kita menyaksikan budaya gotong royong yang menjadi ciri budaya bangsa Indonesia, muncul ditengah wabah corona. Â Budaya gotong royong inilah yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia untuk bisa melawan virus corona. Kita teringat ucapan bung hatta, fondasi Indonesia adalah gotong royong. Ucapan ini menyadarkan kita akan pentingnya gotong royong dalam menghadapi wabah virus corona.
History Gotong Royong
Gotong Royong merupakan salah satu dasar filsafat Indonesia. Para pemimpin bangsa ini selalu menggunakan istilah gotong royong untuk menggalang dukungan. Presiden Sukarno dalam pidatonya di BPUPKI, 1 Juni 1945 mengatakan "gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama".
Pada era orde baru, presiden Suharto selalu menggunakan kata gotong royong untuk dijadikan kata kunci dalam rangka mensukseskan program-program pembangungan.
Pada era presiden Megawati, nama gotong royong digunakan untuk nama kabinet yaitu Kabinet Gotong Royong. Tentunya nama ini digunakan untuk merangkul berbagai kekuatan politik untuk bekerjasama.
Era presiden Jokowi, nama gotong royong digunakan untuk kebijakan ekonomi yaitu kebijakan ekonomi gotong royong. Bahkan, dalam meangani wabah corona, presiden Jokowi mengajak kepada masyarakat untuk bergotong royong menjadi pahlawan kemanusiaan bagi sesama, pahlawan kemanusiaan bagi keluarga dan saudara sebangsa setanah air melawan Covid-19.
Gotong Royong Dalam masyarakat
Aktifitas gotong royong identik dengan aktifitas yang ada dalam masyarakat pedesaan. Sehingga muncul persepsi bahwa budaya gotong royong telah hilang dalam diri masyarakat Indonesia, yang diakibatkan oleh faktor arus globalisasi dan perkembangan teknolologi.
Ditengah perkembangan teknologi, penerapan kegotongroyongan berubah sesuai dengan ciri khas dari masyarakat maya yang sangat menggantungkan diri pada media. Ruang virtual menjadi lokasi dimana masyarakat maya berinteraksi sosial melalui facebook, Twitter, Instagram dan Youtube. Media sosial menjadi arena saling berinteraksi dan berbagi.
Tingkat kepedulian sosial masyarakat melalui media online tumbuh, antara penyedia platform crowdfunding, penggalang dana dan donatur. Mereka saling terhubung untuk melakukan kebaikan bergotongroyong dengan cara yang bebeda.
 Perilaku gotong royong yang terdapat dalam diri manusia memiliki kaitan dengan masa lalu. Penanaman nilai-nilai kebersamaan, kepedulian dan saling dukung yang diwarisi oleh masa lalu menjadi modal dalam masyarakat modern.
Dalam sejarahnya bergotong royong itu lahir dari akar budaya bangsa Indonesia. Indonesia merdeka buah dari gotong royong rakyat Indonesia mengusir penjajah. Bahkan tradisi gotong royong di nusantara sudah dikenal sejak abad sebelum masehi.
Keberadaan media sosial yang merubah cara orang dalam mengkonsumsi informasi menjadi stimulus untuk merangsang kembali budaya gotong royong. Misalnya kasus virus corona yang menyebar di Indonesia.Â
Orang-orang menginformasikan melalui media sosial kondisi keterbatasan Alat Pelindung Diri Tenaga Medis dan dampak ekonomi dari wabah corona. Dengan cepat informasi itu sampai, dengan cepat pula penggalangan dana dilakukan dan secepat itu pula dana diraih dari masyarakat.
Hal ini membutkikan bahwa potensi masyarakat untuk menyumbang cukup besar. Artinya banyak masyarakat dengan mudah peduli terhadap orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Fridman (2015) tindakan gotong royong berasal dari simpati pribadi atau sosial. Artinya, budaya gotong royong masyarakat Indonesia masih ada.
Nilai-nilai gotong royong yang seolah-olah hanya milik masyarakat pedesaan, yang memiliki hubungan kekerabatannya masih terpelihara. Padahal, pada masyarakat modern terjadi metamorfosis gotong royong dalam kehidupan masyarakat melalui cara aktifitas crowdfunding.Â
Komunikasi tatap muka seolah menjadi keharusan dalam interaksi sosial, padahal interaksi sosial yang dilakukan bisa digantikan melalui teknologi seperti platform media sosial.Â
Ada dua syarat terjadinya interaksi sosial yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial tidak harus secara fisik, tetapi kontak sosial sudah terjadi ketika seseorang berbicara dengan orang lain.
Orang yang melakukan galang dana, penerima manfaat dan donatur yang menyumbang tanpa harus terjadi tatap muka. Hingga masyarakat memahami bahwa gotong royong tidak hanya sekedar aktifitas fisik, namun lebih kepada solidaritas manusiawi.
Esensi dari gotong royong adalah bekerja bersama-sama agar beban menjadi ringan. Pemaknaan gotong royong membawa sebuah paradigma baru masyarakat saat ini. Perubahan gotong royong hanyalah pada cara melakukan aktivitas gotong royongnya, bukan pada nilai gotong royongnya. Perubahan ini semata-mata didasari oleh keberadaan teknologi sebagai alat untuk mendorong hati orang untuk bisa peduli terhadap sesama.
Kehadiran platform crowdfunding hanyalah salah satu bentuk aktifitas gotong royong dalam dunia digital. Esensinya tidak berubah, yaitu kepedulian atas masalah sosial yang ada dengan membantu meringankan beban orang lain.
Kemunculan situs crowdfunding menjadi sarana untuk saling bergandengan tangan menghadapi wabah corona. Beberapa individu menggunakan situs crowdfunding untuk melakukan galang dana dan dukungan terhadap petugas medis sebagai garda terdepat dalam penanganan virus corona.
Dampak yang dihasilkan dari aktfitas gotong royong melalui saluran media baru justri sangat besar dibandingkan secara tradisional. Gotong royong secara tradisional jenderung menggunakan komunikasi secara langsung. Individu dengan individu atau individu dengan kelompok bertatap muka langsung untuk menghasilkan tujuan bersama. Sedangkan melalu saluran teknologi melalui proses komunikasi massa, dimana distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar. Â
Tidak heran sampai ratusan milyar dana terkumpul untuk bantuan melawan wabah corona. Ratusan orang ikut membuat galang dana, dan jutaan orang ikut menyumbangkan dananya. Hal yang harus di perhatikan adalah pembagian tugas antara pemerintah, lembaga filantropi dan individu yang melakukan galang dana. Jangan sampai dana yang dikumpulkan tidak tepat sasaran dan cenderung tumpang tindih pendistribusiannya.
Gotong royong bukan hanya sebuah simbol dan kata-kata tanpa makna. Tetapi gotong royong telah menjadi perilaku dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Semoga dengan kekuatan gotong royong yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, mampu melawan wabah corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H