Mohon tunggu...
Fajar Nugraha
Fajar Nugraha Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti

Aktivitas di Polnet yang merupakan lembaga kajian yang berfokus memonitoring dan analisis media online dengan menggunakan teknologi big data, untuk memberikan analisa tepat dan komprehensif terhadap kebijakan atau strategi politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Metamorfosis Gotong Royong

26 Agustus 2021   14:35 Diperbarui: 26 Agustus 2021   14:42 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tingkat kepedulian sosial masyarakat melalui media online tumbuh, antara penyedia platform crowdfunding, penggalang dana dan donatur. Mereka saling terhubung untuk melakukan kebaikan bergotongroyong dengan cara yang bebeda.

 Perilaku gotong royong yang terdapat dalam diri manusia memiliki kaitan dengan masa lalu. Penanaman nilai-nilai kebersamaan, kepedulian dan saling dukung yang diwarisi oleh masa lalu menjadi modal dalam masyarakat modern.

Dalam sejarahnya bergotong royong itu lahir dari akar budaya bangsa Indonesia. Indonesia merdeka buah dari gotong royong rakyat Indonesia mengusir penjajah. Bahkan tradisi gotong royong di nusantara sudah dikenal sejak abad sebelum masehi.

Keberadaan media sosial yang merubah cara orang dalam mengkonsumsi informasi menjadi stimulus untuk merangsang kembali budaya gotong royong. Misalnya kasus virus corona yang menyebar di Indonesia. 

Orang-orang menginformasikan melalui media sosial kondisi keterbatasan Alat Pelindung Diri Tenaga Medis dan dampak ekonomi dari wabah corona. Dengan cepat informasi itu sampai, dengan cepat pula penggalangan dana dilakukan dan secepat itu pula dana diraih dari masyarakat.

Hal ini membutkikan bahwa potensi masyarakat untuk menyumbang cukup besar. Artinya banyak masyarakat dengan mudah peduli terhadap orang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Fridman (2015) tindakan gotong royong berasal dari simpati pribadi atau sosial. Artinya, budaya gotong royong masyarakat Indonesia masih ada.

Nilai-nilai gotong royong yang seolah-olah hanya milik masyarakat pedesaan, yang memiliki hubungan kekerabatannya masih terpelihara. Padahal, pada masyarakat modern terjadi metamorfosis gotong royong dalam kehidupan masyarakat melalui cara aktifitas crowdfunding. 

Komunikasi tatap muka seolah menjadi keharusan dalam interaksi sosial, padahal interaksi sosial yang dilakukan bisa digantikan melalui teknologi seperti platform media sosial. 

Ada dua syarat terjadinya interaksi sosial yaitu kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial tidak harus secara fisik, tetapi kontak sosial sudah terjadi ketika seseorang berbicara dengan orang lain.

Orang yang melakukan galang dana, penerima manfaat dan donatur yang menyumbang tanpa harus terjadi tatap muka. Hingga masyarakat memahami bahwa gotong royong tidak hanya sekedar aktifitas fisik, namun lebih kepada solidaritas manusiawi.

Esensi dari gotong royong adalah bekerja bersama-sama agar beban menjadi ringan. Pemaknaan gotong royong membawa sebuah paradigma baru masyarakat saat ini. Perubahan gotong royong hanyalah pada cara melakukan aktivitas gotong royongnya, bukan pada nilai gotong royongnya. Perubahan ini semata-mata didasari oleh keberadaan teknologi sebagai alat untuk mendorong hati orang untuk bisa peduli terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun